Suara.com - Jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, ada banyak hal yang sifatnya bisa dibilang menjatuhkan, terjadi. Seperti yang dilakukan oleh kubu Ketum DPP Partai Demokrat AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) dan mantan Presiden RI SBY (Susilo Bambang Yudhoyono).
Kubu AHY-SBY baru-baru ini menuai sorotan setelah menguliti 'dosa' Jokowi. Mereka menilai ada sejumlah hal kurang etis yang kerap muncul di masa pemerintahannya sang presiden.
Adapun 'dosa' Presiden Jokowi yang dikuliti kubu AHY-SBY dapat diketahui melalui empat poin di bawah ini.
1. Jokowi Hanya Gunting Pita
Baca Juga: Perang Pilpres 2024, Pakar Sebut Jokowi Diam-Diam Jadi King Maker: Dia Sulit Dibaca
AHY sempat disorot usai menyebut Jokowi hanya tinggal gunting pita terkait proyek pembangunan infrastruktur yang menurutnya sudah ada di masa pemerintahan SBY.
Ia mengatakan tak sedikit proyek infrastruktur yang dibangun di era SBY, namun tidak dipublikasikan. Hal ini disampaikan AHY dalam pidato pengarahannya di Rapimnas Demokrat 2022 di JCC Jakarta, Kamis (15/9/2022).
"Dan jadi mohon maaf nih nggaK apa-apa teman-teman media bisa menangkap pesan ini. Ada yang mengatakan misal, jaman dulu nggak ada pembangunan infrastruktur nyatanya banyak," kata AHY.
AHY juga mengungkap banyak proyek di era SBY dengan tingkat 70-90 persen yang dibentuk, direncanakan, dipersiapkan, hingga dialokasikan.
Namun, menurutnya, di era pemerintahan setelah SBY turun, proyek pembangunan tersebut justru diklaim dan dijadikan perayaan untuk sekedar gunting pita saja.
Baca Juga: Sering Kritik Pedas Jokowi, Gibran Sambangi Rumah Rocky Gerung, Warganet: Ngomongin Bapakmu Ya?
"Setahun gunting pita kira-kira masuk akal nggak? Ya kita ngga perlu juga diapresiasi tapi jangan mengatakan, 'ini kehebatan kita, satu tahun gunting pita'," ujar AHY.
"Itu namanya claiming sesuatu yang .. ya kadang-kadang saya speechles juga mengatakannya," imbuhnya.
AHY lebih lanjut mengungkap dirinya tidak akan mempermasalahkan jika perayaan gunting pita itu turut disematkan ucapan terima kasih kepada Partai Demokrat khususnya saat pemerintahan era SBY.
2. Gaji PNS Era SBY Versus Jokowi
Istri AHY, Annisa Pohan ikut membandingkan masa pemerintahan SBY dengan Jokowi. Hal yang disorotnya ialah gaji PNS. Menurutnya, melalui akun Twitter pribadi, gaji PNS bisa naik hingga 9 kali lipat di era SBY.
Lalu, dalam cuitannya, ia mengucapkan terima kasih kepada SBY sekaligus memanfaatkan momen untuk mempromosikan AHY sebagai pemimpin yang menurutnya juga mempunyai prestasi.
Selain itu, Annisa pun membandingkan kenaikan harga BBM yang belakangan diresmikan oleh Presiden Jokowi serta gaji para aparatur negara yang diakuinya meningkat hingga 112 persen.
"Gaji PNS, gaji TNI dan Polri juga naik 9 kali lipat, total 112 persen di zaman Pak SBY. Sekarang malah BBM yang naik. Terimakasih Pak SBY AHY Pemimpin Berprestasi," cuit Annisa pada Minggu (18/9/2022).
Cuitan Annisa Pohan itu kemudian menuai kritik warganet. Mereka mempertanyakan kebenaran klaim kenaikan gaji PNS di era SBY hingga prestasi AHY sebagai pemimpin yang diungkapkannya.
3. Skenario Pilpres Curang
Dalam Rapimnas pekan lalu, SBY berpidato dan sempat menyinggung soal potensi kecurangan di Pilpres 2024 nanti. Ia menyebut pemilihan itu diatur agar hanya ada dua pasangan calon saja. SBY menilai hal tersebut seolah menginjak hak rakyat.
“Jahat bukan, menginjak-injak hak rakyat bukan. Pikiran seperti itu bathil, itu bukan hak mereka, Pemilu adalah hak rakyat, hak untuk memilih dan dipilih, yang berdaulat juga rakyat,” ujar SBY dalam pidatonya.
SBY juga menyinggung bahwa selama dua dekade menjabat sebagai presiden, Partai Demokrat tidak pernah melakukan kecurangan seperti itu. Pidatonya ini sontak membuat kubu PDIP merasa 'panas'.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, mengatakan jika SBY terlalu berlebihan dan berbicara sesuatu yang bohong. Ia juga menyatakan seharusnya Rapimnas dipakai untuk menyampaikan kebenaran politik.
Tak mau kalah, Hasto balik menuding Pemilu 2009 di era SBY terdapat kecurangan serta kenaikan harga BBM yang juga memberatkan masyarakat.
4. Tidak Bisa Jadi Presiden G20
Pernyataan pengamat politik Boni Hargens yang mengklaim Indonesia seperti berlari di tempat selama 10 tahun diperintah SBY dibantah politikus Partai Demokrat, Jansen Sitindaon. Ia menilai pemerintahan SBY justru menunjukkan peningkatan, khususnya dari aspek nilai APBN.
"Karena itulah kemarin saya bilang, kalau bergerak di tempat, nggak mungkin lah Indonesia masuk G20 yang sekarang difestivalisasi oleh Pak Jokowi. Memang bisa Pak Jokowi menjadi Presiden G20 (kalau tidak ada landasan dari era SBY)?" kata Jansen.
"2004 ketika Pak SBY pemerintahan dari Ibu Mega, APBN kita itu cuma Rp 400 triliun. Di 2014, ketika Pak SBY turun, APBN kita sudah hampir Rp 2.000 triliun, Rp 1.800 sekian lah, artinya naik 4,5 sampai 5 kali lipat," lanjutnya.
Jansen juga menantang Jokowi membuktikan jika memang pemerintahannya maju secara nyata dengan memastikan Indonesia diberikan APBN sampai berkali lipat seperti yang pernah dilakukan SBY di akhir periode.
"Kalau Pak SBY memberikan APBN kepada Pak Jokowi Rp 1.900 triliun, saya katakan kemarin 4 kali lipat, kalau nanti 2024 Pak Jokowi turun APBN bisa Rp 6.000 triliun, saya cium kaki Pak Jokowi!" tegas Jansen.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti