Suara.com - Seorang model asal Myanmar ditolak masuk ke Thailand usai mengutuk kudeta militer di negaranya dalam sebuah pidato di acara kontes kecantikan.
Berdasarkan laporan Reuters, otoritas Thiland mengonfirmasi peristiwa itu pada Kamis (22/9), dan manajer dari sang model menyebut larangan itu berdasarkan notice atau pemberitahuan yang dikeluarkan oleh Interpol.
Keimigrasian mengatakan Han Lay, yang tahun lalu menarik perhatian internasional dengan pidato kontes kecantikan yang mengharukan dan menyerukan pemberian bantuan bagi rakyat Myanmar di bawah kekuasaan militer, tidak memiliki visa yang sah untuk memasuki Thailand.
Wanita berusia 23 tahun itu tidak ditahan, dan sebuah rencana sedang diatur agar ia dapat naik pesawat keluar dari Thailand, ujar keterangan Departemen Keimigrasian.
Sebelumnya, sang model telah tinggal di Thailand sejak ia menyampaikan pidato ikoniknya itu.
Nawit Itsaragrisil, pendiri kontes Miss Grand International Thailand, yang juga mewakili Han Lay, mengatakan dirinya telah berada di area transit bandara Bangkok sejak Rabu sore.
Dia mengatakan Han Lay dihentikan pada saat kedatangan karena dirinya merupakan subjek dalam sebuah pemberitahuan Interpol.
"Dia tidak ingin pergi ke tempat lain. Dia ingin tinggal di Thailand," ujar Nawit. "Dia sedang menunggu solusi tentang bagaimana dia bisa tetap berada di Thailand."
Myanmar telah berada dalam krisis sejak kudeta pada Februari tahun lalu, yang memicu protes terkait kekerasan yang dilakukan militer serta terjadinya ribuan penangkapan.
Junta di negara itu menarget beberapa kelompok, mulai dari kelompok pro-demokrasi dan pemuda, hingga aktivis, politisi, dan bahkan selebriti dan influencer media sosial.
Seorang juru bicara dewan militer yang berkuasa di Myanmar tidak dapat dimintai komentar terkait peristiwa yang menimpa Han Lay. Sementara itu, Interpol juga belum menanggapi permintaan untuk mengonfirmasi apakah sang model menjadi subjek pemberitahuan Interpol.
Han Lay merupakan salah seorang kontestan di Miss Grand International, dan video di mana ia menahan air mata di atas panggung ketika berbicara tentang pertumpahan darah di Myanmar menjadi viral di media sosial.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters tahun lalu, dia mengatakan warga Myanmar "tidak akan pernah menyerah".
Unggahan Instagram Han Lay menunjukkan bahwa dia telah menghabiskan sebagian besar waktunya dalam setahun terakhir di Thailand. Dia kembali ke negara itu dengan penerbangan dari Vietnam ketika penolakan masuk itu terjadi.