Suara.com - Direbutnya kembali Kota Izyum oleh tentara Ukraina mengungkap sejumlah dugaan kekejaman yang dilakukan tentara Rusia.
Salah satu korbannya adalah warga Sri Lanka di kota tersebut.
Peringatan: beberapa rincian di artikel ini mungkin membuat Anda tidak nyaman.
Saya tak pernah menyangka akan bisa keluar dari kota ini dalam keadaan hidup, kata Dilujan Paththinajakan.
Baca Juga: Buntut Invasi Ukraina, Timnas Rusia Dilarang Ikut Kualifikasi Euro 2024
Dilujan adalah satu dari tujuh warga Sri Lanka yang ditangkap tentara Rusia di Izyum Mei lalu.
Mereka ditangkap saat berjalan kaki, guna menyelamatkan diri, dari kota tempat mereka menetap, Kupiansk di Ukraina timur laut, ke rumah famili mereka di Kharkiv.
Baca juga:
- Bos tentara bayaran Rusia terlihat merekrut para narapidana: "Mau napi yang berperang atau anak-anakmu?"
- Perang Ukraina: Bagaimana cara Rusia merekrut tentara bayaran untuk bertempur dalam invasi?
- Rusia serang Ukraina, 'ribuan' orang asing ingin angkat senjata untuk 'menghentikan Putin'
Jarak Kupiansk-Kharkiv sekitar 120 kilometer.
Mereka ditangkap tentara Rusia saat melewati pos pemeriksaan pertama.
Baca Juga: Di Tengah Pesimisme Perdamaian, Rusia-Ukraina Dominasi Sidang PBB
Tangan mereka diikat, mata mereka ditutup dengan kain dan dibawa perusahaan peralatan mesin di Vovchansk, di dekat perbatasan Rusia.
Penangkapan di pos pemeriksaan ini menjadi awal dari masa-masa sulit selama empat bulan. Warga Sri Lanka ini menjadi tawanan, pekerja paksa, dan bahkan disiksa.
Padahal, saat meninggalkan Sri Lanka, mereka berharap bisa melanjutkan studi atau mencari pekerjaan.
Tetapi, di tangan tentara Rusia mereka menjadi tawanan. Makanan yang mereka terima sungguh minimal dan hanya sekali saja menggunakan toilet, itu pun hanya untuk dua menit.
Mandi juga hanya dua menit.
'Kuku dicabut dengan tang'
Para laki-laki, yang rata-rata berusia 20 tahunan, semuanya ditempatkan di satu ruangan yang sama.
Satu-satunya perempuan, Mary Edit Uthaikumar, yang berusia 50 tahun, ditempatkan di ruang terpisah.
Kami ditempatkan di satu ruangan mereka memukuli kami kalau kami ke toilet. Mereka tak membolehkan kami bertemu satu sama lain. Kami berada di situ selama tiga bulan, jar Mary.
Mary, yang wajahnya punya bekas luka akibat bom mobil, mengidap penyakit jantung. Yang membuatnya sengsara bukan efek penyakit jantung, tetapi adalah kesendirian saat berada di tahanan.
Saat sendiri, saya merasa khawatir dan takut. Mereka memberi saya pil, namun saya tidak meminumnya, ungkap Mary.
Tawanan lain mengalami perlakuan yang lebih buruk.
Ada yang disiksa dan tawanan lain dicabut kuku kakinya dengan tang.
Kami ditempatkan di satu ruangan mereka memukuli kami kalau kami ke toilet. Mereka tak membolehkan kami bertemu satu sama lain. Kami berada di situ selama tiga bulan, jar Mary.
Mary, yang wajahnya punya bekas luka akibat bom mobil, mengidap penyakit jantung. Yang membuatnya sengsara bukan karena efek penyakit jantung, tetapi adalah sendiri saat berada di tahanan.
Saat sendiri, saya merasa khawatir dan takut. Mereka memberi saya pil, namun saya tidak meminumnya, ungkap Mary.
Tawanan lain mengalami perlakuan yang lebih buruk.
Ada yang disiksa dan tawanan lain dicabut kuku kakinya dengan tang.
Mereka juga dipukul tanpa alasan oleh tentara Rusia yang mabuk.
Mereka memukuli kami dengan senapan berulang kali, kata Thinesh Gogenthiran yang berusia 35 tahun.
Terkapar dua hari
Seorang tentara memukul perut saya dan saya terkapar selama dua hari. Lalu mereka meminta uang, kata Thinesh.
Kami sangat marah, tetapi juga sedih. Kami menangis setiap hari, kata Dilukshan Robertclive, yang berusia 25 tahun.
Yang membuat kami bertahan adalah doa dan kenangan akan keluarga, imbuhnya.
Rusia membantah menjadikan warga sipil sebagai sasaran serangan. Mereka juga menolak tuduhan melakukan kejahatan perang.
Namun, di lapangan ada laporan kasus-kasus kekejaman dengan korban warga Ukraina dan warga Sri Lanka yang kuat diduga dilakukan tentara Rusia saat mendukuki kota-kota di Ukraina.
Pihak berwenang Ukraina menemukan lokasi kuburan di satu hutan di dekat Izyum. Saat beberapa jenazah diangkat, terdapat bekas luka-luka penyiksaan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenski mengatakan telah ditemukan lebih 10 kamar-kamar penyiksaan di kota-kota di kawasan Kharkiv yang dibebaskan oleh tentara Ukraina.
Tujuh warga Sri Lanka bisa menghirup udara kebebasan setelah tentara Ukraina kembali merebut teritori di timur, termasuk Vovchansk.
Begitu bebas, mereka melanjutkan perjalanan ke Kharkiv dengan jalan kaki. Tanpa alat komunikasi, mereka tak bisa menghubungi kawan atau keluarga.
Dibantu polisi
Namun seseorang mendapati mereka dan memberi tahu polisi setempat.
Salah seorang polisi meminjamkan telepon genggam.
Pada saat itulah Ainkaranathan Ganesamoorthi, 40 tahun, untuk pertama kalinya bisa melihat wajah istri dan anaknya melalui layar telepon seluler untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan.
Ia tak kuasa membendung air mata bahagia.
Warga Sri Lanka lain bergantian menghubungi keluarga.
Sebagai ucapan terima kasih, mereka memeluk kepala polisi.
Mereka sekarang berada di satu tempat rehabilitasi di Kharkiv.
Mereka diberi pakaian baru, makanan dalam jumlah cukup, dan pemeriksaan kesehatan. Di tempat ini juga ada kolam renang dan pusat kebugaran.
Sekarang saya merasa lega dan juga sangat bahagia, kata Dilukshan dengan senyum lebar di wajahnya.