Suara.com - Ketua DPP Partai NasDem, Willy Aditya menjelaskan, bahwa pihaknya tidak ingin ada istilah kawin paksa dalam membangun koalisi untuk Pilpres 2024 termasuk penjajakan dengan PKS dan Demokrat.
Menurut Willy, Partai NasDem lebih ingin bicara masalah dulu baru setelah itu kandidat.
"Itu poin cara berpikir, ini berbeda, bukan kawin paksa. Pak Surya ingin mengajak ketika duduk itu ketemu PKS, Demokrat, ya kita berbicara our problem, problem kita apa sih? Ini bukan masalah kawin-kawinan, toh sekarang NasDem nggak punya handicap dengan siapapun," kata Willy kepada wartawan, Selasa (20/9/2022).
Kata dia, jika pembahasan masalah sudah disepakati dan ditemukan formulanya, maka penentuan kandidat yang akan diusung dan didorong maju di Pilpres akan lebih mudah.
Baca Juga: Papua Memanas, Lukas Enembe Masih Dicintai Meski Dituding Habiskan Setengah Triliun di Meja Kasino
"Bukan hanya visi, berangkat dari problem, habis itu baru kita bersepakat apa yang harus kita lakukan, abis itu baru oh kalau begini siapa yang cocok," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, soal masimg-masing partai menyodorkan nama figur untuk diusung, hal itu dianggap hanya merupakan puzzle yang pada akhirnya akan di susun. NasDem sendiri berdasarkan hasil Rakernas miliki tiga nama figur bacapres yakni Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Andika Perkasa.
"Kalau dalam perspektif NasDem, tentu rasionalitas penting, rasionalitas itu apa? ya ketiga orang itu memiliki modaliats yang cukup mumpuni, mencoa memperjuangkan, why not the best? Prinsipnya NasDem ingin tawarkan tidak hanya kandidat, tapi juga sekaligus proses bagaimana kita memiliki peta jalan, road map, untuk keluar dari fragmentasi yang ada," tuturnya.
"Jadi it is not only about person, kita selalu simplify itu pada orang-orang, itu cara berpikir politik yang Pak Surya lakukan dan ajarkan pada kami," sambungnya.
Baca Juga: Respons Golkar Dengar SBY Bakal Turun Gunung Di Pemilu 2024: Kami Senang