Suara.com - Sosok Azyumardi Azra telah dikenal sebagai cendekiawan muslim berpengaruh di Indonesia maupun internasional. Dirinya telah mendedikasikan hidupnya dalam menyumbangkan pemikiran-pemikiran bagi dunia keislaman.
Karena itu, kabar berpulangnya Ketua Dewan Pers itu menyisakan duka mendalam bagi masyarakat. Indonesia telah kehilangan salah satu tokoh terbaik yang begitu cerdas dalam memajukan bangsa.
Semasa hidup, sumbangsih Azyumardi juga telah diakui dunia. Beliau sampai mendapatkan gelar kehormatan tertinggi dari Kerajaan Inggris, yakni "Commander of the Order of the Bristish Empire" atau disingkat CBE.
Gelar "Sir" itu diberikan oleh Ratu Elizabeth II kepada Azyumardi yang dinilai telah memberikan kontribusi luar biasa dan dampak positif dalam bidangnya bagi sekitar.
Baca Juga: Meninggal di Malaysia, Azyumardi Azra Bakal Dimakamkan di TMP Kalibata Besok
Selain Kerajaan Inggris, Kaisar Jepang juga tercatat pernah memberikan penghargaan kepada Azyumardi. Penghargaan ini adalah “The Order of the Rising Sun: Gold and silver Star" yang diberikan pada tahun 2017.
Itu merupakan salah satu penghargaan tertinggi Jepang yang dianugerahkan kepada tokoh non-Jepang. Kala itu, penghargaan diberikan langsung oleh Kaisar Akihito di Istana Imperial Tokyo.
Azyumardi saat itu merasa sangat tersanjung bisa mendapatkan penghargaan itu. Sebagai warga negara Indonesia, ia tidak menyangka bisa mendapatkannya.
"Saya merasa senang dan tersanjung ya. Bukan hanya pribadi lebih-lebih lagi sebagai anak bangsa Indonesia. Tak mengira dapat penghargaan tertinggi untuk warga sipil non-pejabat pemerintah/militer," ungkap Azyumardi
Adapun saat itu keputusan memberikan Azyumardi penghargaan disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Shinzo Abe. Azyumardi dinilai telah memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan pertukaran akademis dan saling pengertian antara Jepang dan Indonesia.
Baca Juga: 125 Bioskop di Inggris Tayangkan Prosesi Pemakaman Ratu Elizabeth Besok
Saat menjabat sebagai Rektor UIN Jakarta (1998-2006), Azyumardi merupakan inisiator program Japan-Indonesia Friendship Memorial untuk pembangunan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah (2003-2006).
Tak hanya itu, ia juga merupakan inisiator program kunjungan kiyai muda pimpinan pesantren ke Jepang selama dua pekan.