"Jadi tudingan bahwa semua kasus perdagangan manusia itu tidak benar," katanya.
Pekerjaan rumah Pemerintah Indonesia
Berdasarkan laporan yang diterima Migrant Care Indonesia, terjadi juga sejumlah penyekapan dan kekerasan yang dialami pekerja migran Indonesia.
"Ada pekerja yang ketahuan telah menggagalkan keberangkatan 3 calon korban, ia kemudian diborgol dan dipukul oleh 4 orang, disekap, dan tiap 2-3 hari sekali ditanya apakah punya uang untuk menebus dirinya sendiri atau dijual ke perusahaan lain," tutur Arina Widda Faradis dari Migrant Care sambil menunjukkan foto-foto kondisi korban kepada ABC.
Arina mengatakan, Pemerintah Indonesia memiliki pekerjaan rumah untuk menyelesaikan kasus ini dari hulu hingga hilir.
"Rekrutmen banyak dilakukan di media sosial seperti grup Facebook atau Telegram.. mungkin pemerintah bisa bekerja sama dengan platform ini untuk menerapkan semacam mekanisme pesan terblokir atau sejenisnya, apalagi jika postingan tersebut memiliki indikasi penipuan dengan modus yang kita sudah tahu."
Ia menambahkan, untuk rute penerbangan tertentu, petugas imigrasi di bandara harus lebih jeli dan teliti dalam menanyakan calon penumpang dengan profil seperti yang diberitakan.
Meta, perusahaan induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp, mengetahui jika modus penipuan ini memanfaatkan platform mereka.
Meta mengatakan telah berbagi data dengan penegak hukum.
"Di Meta, kami telah lama melarang konten ini dan menginvestasikan sumber daya yang signifikan untuk menjauhkannya dari platform kami sambil juga memberdayakan orang melalui kampanye," ujarjuru bicara Meta.
"Kami sependapat dengan puluhan LSM bahwa solusi paling efektif adalah tindakan agresif oleh otoritas lokal [Kamboja] untuk menemukan dan menuntut para pelaku kejahatan keji ini."