“Ada begitu banyak orang. Kami berusaha sebaik mungkin untuk melayani semua pasien, tetapi kami tidak memiliki kapasitas untuk membantu semuanya,” ujarnya.
Ia juga mengkhawatirkan tingginya angka infeksi penyakit dalam beberapa waktu terakhir.
“Kami berusaha semampu kami, tapi ketakutan terbesar saya adalah akan terjadinya bencana yang besar. Begitu banyak orang yang sakit, termasuk kasus demam berdarah, malaria, dan masalah lambung. Namun, kami tidak bisa menolong semua orang,” ujar Khosa.
Pejabat setempat memperkirakan banjir di Sindh baru akan benar-benar surut dalam beberapa bulan ke depan.
Sementara itu, Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres juga meminta negara-negara maju untuk turut membantu Pakistan keluar dari tragedi ini.
“Pakistan tidak bertanggung jawab atas krisis ini [karena] ini adalah produk perubahan iklim. Bencana ini disebabkan oleh mereka yang mengotori atmosfer dengan gas rumah kaca. Negara-negara G20 dengan ekonomi terbesar di dunialah yang menghasilkan 80 persen emisi sedangkan Pakistan menghasilkan kurang dari satu persen,” kata Guterres.