Sebelum Tembak Brigadir J, Bharada E Merenung di Kamar Mandi, Batin Bergejolak Turuti Perintah Ferdy Sambo

Rabu, 14 September 2022 | 21:07 WIB
Sebelum Tembak Brigadir J, Bharada E Merenung di Kamar Mandi, Batin Bergejolak Turuti Perintah Ferdy Sambo
Dokumentasi - Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E (kiri) saat tiba di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Selasa (26/7/2022). [Suara.com/Alfian Winsnto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengungkapkan Bharada E alias Richard Eliezer sempat merenung di kamar mandi usia diperintahkan mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo untuk menghabisi nyawa Brigadir J.

Bagi Taufan, pengakuan Bharada E itu sebagai pertanda terjadi pergolakan batin dalam diri tersangka untuk menembak Brigadir J.

"Dia merenung-renung di kamar mandi. Artinya dia gamang. Terus enggak ada ketetapan hati untuk melakukan perbuatan terhadap Yosua (Brigadir J)," kata Taufan saat dihubungi Suara.com, Rabu (14/9/2022).

Dijelaskannya, hal itu membuktikan Bharada E secara psikologis berada di bawah pengaruh Ferdy Sambo.

Baca Juga: Bharada Sadam, Sopir Ferdy Sambo yang Intimidasi Wartawan Berujung Pasrah Terima Sanksi Demosi

"Itu kan berbeda kalau jalannya dengan semangat untuk menghabisi nyawa Yosua. Itu kan berbeda," ujar Taufan.

"Itu berbeda bahwa seseorang ini, berada di bawah suatu pengaruh psikologi ke atasannya, atau dia sebetulnya punya kemandirian untuk melakukan itu," sambungnya.

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik (Bidik layar)
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik (Bidik layar)

Taufan mengatakan, bila Bharada E terbukti dalam tekanan saat akan menghabisi nyawa Brigadir J, nantinya di persidangan kondisi psikologis itu akan meringankan hukumannya.

"Kalau itu terbuki di pengadilan bahwa dia dalam pengaruh atasannya, maka Bharada E hukumannya ringan," ungkap Taufan.

Namun jika sebaliknya, yakni Bharada E dalam keadaan normal perintahkan menembak Brigadir J, hal itu justru akan memberatkannya.

Baca Juga: Sosok Brigadir Frillyan, Polisi yang Intimidasi Wartawan saat Meliput Rumah Sambo Kini Disanksi Demosi

"Kalau dia tidak membuktikan bahwa dia di bawah pengaruh kekuasaan atasannya (Ferdy Sambo), jadi ada kebebasan, kemerdekaan dia juga untuk menentukan pilihan. Itu bisa memberatkan dia," kata Taufan.

Misalnya, kata Taufan, Bharada E bisa saja kabur usai diminta Ferdy Sambo membunuh Brigadir J.

"Pasti itu akan ditanya itu, 'Kalau kau sudah tahu disuruh membunuh, kenapa kau tak lari?' Kan bisa lari dari Duren Tiga, keluar entah ke mana-mana," ujarnya.

"Nyatanya dia enggak lari. Jadi pengacaranya harus membuktikan bahwa dia enggak berdaya. Katakanlah itu bisa menjadi hukumannya lebih ringan," sambungnya.

Adegan Bharada E menodongkan senjata api ke Brigadir J dalam reskonstruksi di rumah dinas Kadiv Propam, Duren Tiga, Jakarta Selatan. (Bidik layar)
Adegan Bharada E menodongkan senjata api ke Brigadir J dalam rekonstruksi di rumah dinas Kadiv Propam, Duren Tiga, Jakarta Selatan. (Bidik layar)

Diketahui, Brigadir J tewas ditembak oleh Bharada E atas perintah Ferdy Sambo. Kejadian itu berlangsung di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo yang berada di Duren Tiga, Jakarta Selatan pada Jumat (8/7/2022) lalu.

Dalam kasus ini lima orang ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah Ferdy Sambo dan istrinya Putri Candrawathi, Bharada E, Bripka Ricky Rizal (Bripka RR), dan Kuat Ma'ruf (KM).

Penyidik Tim Khusus Polri menjerat Bharada E dengan Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan Juncto Pasal 55 KUHP dan 56 KUHP.

Sedangkan, Bripka RR, KM, Ferdy Sambo dan istrinya Putri dijerat dengan Pasal 340 tentang Pembunuhan Berencana Subsider Pasal 338 Juncto Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP. Dengan ancaman hukuman lebih tinggi dari Bharada E, yakni hukuman maksimal 20 tahun penjara atau pidana mati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI