Survey: Semakin Banyak Generasi Muda Jepang yang Tidak Ingin Menikah

Diana Mariska Suara.Com
Rabu, 14 September 2022 | 14:30 WIB
Survey: Semakin Banyak Generasi Muda Jepang yang Tidak Ingin Menikah
Ilustrasi warga Jepang. (Philip FONG / AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah survei baru-baru ini menunjukkan bahwa semakin banyak muda-mudi di Jepang yang tidak ingin menikah.

Hasil survei Badan Kependudukan dan Jaminan Sosial Nasional Jepang yang dilakukan pada tahun 2021 mengungkap bahwa angka pria dan wanita muda di Jepang yang tidak ingin menikah menembus angka tertinggi dibandingkan hasil survei tahun-tahun sebelumnya.

Seperti dilaporkan The Guardian, 17,3 persen pria dan 14,6 persen wanita berusia 18-34 tahun yang menikuti survei menyatakan mereka tidak berniat menikah. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak survei serupa mulai dilakukan tahun 1982.

Pada tahun itu, hanya 2,3 persen pria dan 4,1 persen wanita mengatakan mereka tidak akan menikah.

Badan penyelanggara survei memprediksi tingginya angka generasi muda yang tidak ingin menikah tersebut akan membuat risiko depopulasi di Jepang semakin tinggi. Akibat kemungkinan tingkat kelahiran yang turut menurun, badan itu juga memperkirakan Jepang akan mengalami penurunan ekonomi akibat jumlah tenaga kerja yang berkurang.

Beberapa ahli menyebut tren itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk semakin besarnya keinginan wanita bekerja di Jepang untuk menikmati kebebasan karena status lajang dan karir yang dimiliki.

Pria juga menikmati menjadi lajang, namun mereka mengkhawatirkan kepastian kerja dan kemampuan mereka untuk menafkahi keluarga.

Dalam survei itu, sekitar 40 dan 34 persen pria dan wanita lajang menyebut kemungkinan untuk menyeimbangkan karier dan mengurus anak merupakan gaya hidup yang “ideal” bagi para wanita.

Temuan menarik lainnya adalah hanya tujuh persen pria mengatakan mereka ingin pasangan mereka di masa depan tetap berada di rumah dan mengurus keluarga.

Profesor sosiologi di Universitas Chukyo, Shigeki Matsuda, mengatakan tren penurunan angka pernikahan akan berpengaruh buruk pada tingkat kelahiran.

“Pemerintah Jepang telah berusaha menaikkan tingkat kelahiran dengan mencoba memenuhi aspirasi mereka yang ingin menikah atau punya anak,” ujarnya. “Tetapi jika angka warga yang tidak ingin menikah terus bertambah, pemerintah harus meninjau ulang kebijakan yang ada.”

Kementerian Kesehatan Jepang mencatat angka kelahiran di Jepang tahun 2021 sebanyak 811.604 atau menurun 3,5 persen dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, angka pernikahan juga turun sebanyak 24.391 menjadi 501.116, yang merupakan angka terendah sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI