Suara.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tengah merevitalisasi seratus halte bus Transjakarta yang didesain lebih ramah terhadap para penyandang disabilitas. Menurut Direktur Utama PT Transjakarta, Mochammad Yana Aditya, halte Transjakarta yang direvitalisasi dilengkapi dengan sejumlah fasilitas pendukung agar ramah bagi penyandang disabilitas.
"Yang berubah dari halte yang direvitalisasi adalah konsep halte yang lebih terbuka, menjadi halte yang ramah disabilitas. Desain halte yang direvitalisasi ini akan ada toilet khusus difabel, lift prioritas bagi difabel, dan guide block bagi penyandang tunanetra. Para petugas di halte juga siap membantu para penyandang disabilitas untuk menggunakan layanan di halte," tuturnya.
Yana menjelaskan, revitalisasi Halte BRT Transjakarta dilakukan di hampir seluruh koridor layanan Bus Transjakarta yang tersebar di lima wilayah DKI Jakarta. Mulai dari Halte Ujung, Halte Antara, Halte Integrasi, Halte Under Flyover, Halte Transit, hingga Halte Layang yang memiliki bangunan halte dengan tapak bangunan relatif lebih sempit dibandingkan dengan halte lainnya.
"Pekerjaan konstruksi revitalisasi Halte BRT Transjakarta dilakukan secara bertahap yang dimulai pada tahun 2022, hingga nantinya seluruh halte terevitalisasi pada tiga hingga lima tahun ke depan. Pekerjaan konstruksi juga sudah mulai dilakukan untuk tipe Halte Ikonik, Halte Terintegrasi KAI, dan Halte Reguler sesuai dengan Standar Halte BRT Transjakarta," ungkapnya.
Baca Juga: Transjakarta Dapat Rp62,5 Miliar, DKI Gelontorkan Subsidi BBM Kapal ke Kepulauan Seribu Rp4,8 Miliar
Yana menambahkan, para pengguna bus Transjakarta tak perlu khawatir terhadap revitalisasi tersebut, karena bus Transjakarta akan tetap beroperasi selama pekerjaan konstruksi berlangsung. Untuk meminimalkan kepadatan, pihaknya juga telah melakukan sosialisasi terkait revitalisasi ini. Sosialisasi sudah dilakukan, baik secara offline maupun online, melalui media sosial ataupun media publik lainnya.
"Sosialisasi kepada pelanggan maupun masyarakat dilakukan secara gencar, baik melalui online (media online dan media sosial) maupun offline (poster di halte, informasi petugas di halte, dan sebagainya). Pelanggan layanan Transjakarta juga tidak perlu khawatir, karena pelanggan tetap dapat menggunakan layanan bus Transjakarta pada saat pekerjaan konstruksi berlangsung, sebab pembayaran dapat dilakukan dengan cara Tap-on Bus di Halte Non-BRT, yang berada di kawasan Halte BRT yang sedang dalam proses revitalisasi,”urainya.
Tarif Tidak Naik
PT Transjakarta memastikan, tarif Transjakarta tidak akan naik usai direvitalisasi. Yana menjelaskan, revitalisasi halte BRT Transjakarta didorong oleh target sejuta pelanggan Transjakarta yang tercapai pada Februari 2020. Revitalisasi diperlukan lantaran kapasitas halte saat ini sudah tak memadai.
"Sebagian besar Halte BRT Transjakarta sudah berusia lebih dari sepuluh tahun, sehingga secara konstruksi bangunan mulai mengalami kerusakan dan memerlukan pembaharuan baik dari segi desain, fungsi, maupun tata letak fasilitas pendukungnya, untuk memudahkan aksesibilitas pelanggan dengan jumlah yang terus meningkat. Revitalisasi halte dipastikan tidak mempengaruhi tarif Transjakarta," ucapnya.
Baca Juga: Bakal Direvitalisasi, Transjakarta Tutup Sementara 13 Halte Dari Minggu Hingga Selasa, Ini Daftarnya
Yana menyatakan, revitalisasi halte BRT Transjakarta merupakan rangkaian upaya Perseroan untuk menata kembali kondisi halte yang telah mengalami penurunan. Dengan revitalisasi, halte tersebut diharapkan bisa memberikan nilai tambah yang optimal bagi para penggunanya. Contohnya, halte BRT Transjakarta yang direvitalisasi akan dilengkapi dengan penambahan fasilitas, seperti musala dan toilet.
"Manfaat lain dari revitalisasi adalah peningkatan kapasitas, luasan, fungsi, dan tampilan halte yang terharmonisasi dengan kondisi eksisting, baik struktur halte, JPO Skywalk Paid Area (SWPA) maupun bangunan stasiun, serta kawasan sekitarnya, sehingga tercipta penataan kawasan integrasi dengan tingkat kenyamanan dan keamanan pelanggan layanan halte Transjakarta yang lebih baik,”bebernya.
Selain itu, meski harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi baru naik, Pemprov DKI Jakarta juga memastikan, tarif layanan transportasi umum di Jakarta tidak naik. Hal ini seperti yang ditegaskan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan bahwa tarif transportasi umum yang dikelola Pemprov DKI tidak berubah.
“Artinya, dampak dari kenaikan tersebut akan diserap oleh Pemprov DKI Jakarta dengan mengucurkan Rp 62,1 miliar sebagai tambahan PSO (Public Service Obligation) untuk Transjakarta dan Rp 4,255 miliar untuk angkutan laut. Sehingga harapannya akan membuat pengguna angkutan umum tidak merasakan dampak kenaikan BBM,” terang Anies.
Gubernur Anies menambahkan, harapannya, dengan strategi ini maka masyarakat yang menggunakan kendaraan umum dapat merasakan stabilitas, dan bagi pengguna kendaraan pribadi mau beralih menggunakan kendaraan umum, karena lebih murah serta jangkuannya sudah 92% wilayah Jakarta.