Mengenal Siapa Munir, Aktivis HAM yang Kasus Pembunuhannya Kembali Diungkit Hacker Bjorka

Rifan Aditya Suara.Com
Senin, 12 September 2022 | 20:30 WIB
Mengenal Siapa Munir, Aktivis HAM yang Kasus Pembunuhannya Kembali Diungkit Hacker Bjorka
siapa Munir - Aliansi Muda Untuk Munir (Amuk Munir) melakukan aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (2/11).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Para demonstran saat menggunakan topeng bergamber muka Munir sebagai tuntutan atas pengungkapan kasusnya.
Para demonstran saat menggunakan topeng bergamber muka Munir sebagai tuntutan atas pengungkapan kasusnya.

Dalam kiprahnya sebagai seorang aktivis, Munir memainkan peran penting dalam membongkar keterlibatan aparat keamanan dalam pelanggaran HAM di Aceh, Papua dan Timor Leste (dulu Timor Timur).

Tak hanya itu, Munir juga ikut serta dalam merumuskan rekomendasi kepada pemerintah untuk membawa para pejabat tinggi yang terlibat dalam pelanggaran HAM di tiga daerah itu ke pengadilan.

Kemudian, pada September 1999 silam, Munir ditunjuk menjadi anggota Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM (KPP-HAM) Timor Timur. Kasus pelanggaran HAM yang berhasil ditangani oleh Munir adalah kasus hilangnya 24 aktivis dan mahasiswa di Jakarta (1997-1998).

Selain itu, Munir juga menangani kasus pembunuhan besar-besaran terhadap masyarakat sipil di Tanjung Priok (1984 hingga 1998), hingga penembakan mahasiswa di Semanggi, Tragedi I dan II (1998-1999).

Konsekuensi atas jalan yang ditempuhnya itu, lantas membuat Munir cukup akrab dengan bahaya dan sering mendapatkan banyak ancaman. Bahkan, Munir pernah mendapat teror bom yang meledak di pekarangan rumahnya di Jakarta pada Agustus 2003 lalu.

Kasus Kematian Munir

Munir ditemukan meninggal di pesawat Garuda Indonesia yang terbang dari Jakarta menuju Amsterdam pada tanggal 7 September 2004 lalu. Berdasarkan otopsi yang dilakukan oleh otoritas Belanda, Munir dinyatakan meninggal karena diracun arsenik.

Pada saat itu, Munir mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi pasca sarjana mengenai hukum di Utrecht, Belanda selama satu tahun. Munir berangkat dengan pesawat Garuda Indonesia pada tanggal 6 September 2004. Di dalam pesawat, Munir sering bolak-balik ke toilet untuk buang air dan muntah-muntah hingga akhirnya ia meninggal dunia.

Kemudian setelah jenasahnya diotopsi, otoritas Belanda menemukan adanya racun Arsenik yang melebihi dosis di dalam tubuh Munir. Polisi lantas menangkap pilot Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto dan menetapkannya sebagai tersangka.

Baca Juga: Berhasil Retas Data Penting, Ini 5 Hacker Paling Berbahaya di Dunia

Selain itu, polisi juga menetapkan Muchdi Prawiro Pranjono sebagai tersangka yang saat itu menjabat sebagai Deputi V BIN/Penggalangan. Pollycarpus kemudian dipenjara, sedangkan Muchdi PR bebas karena dianggap tidak terlibat dalam pembunuhan Munir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI