Mengenal Siapa Munir, Aktivis HAM yang Kasus Pembunuhannya Kembali Diungkit Hacker Bjorka

Rifan Aditya Suara.Com
Senin, 12 September 2022 | 20:30 WIB
Mengenal Siapa Munir, Aktivis HAM yang Kasus Pembunuhannya Kembali Diungkit Hacker Bjorka
siapa Munir - Aliansi Muda Untuk Munir (Amuk Munir) melakukan aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (2/11).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belakangan ini, nama seorang aktivis HAM yaitu Munir Said Thalib kembali diberitakan setelah hacker Bjorka mengunggah dokumen terkait sosok yang disebut si hacker itu sebagai dalang pembunuhnya. Apakah kalian tahu siapa Munir lebih detil?

Bjorka mengungkap soal Munir ini lewat akun Twitter-nya pada hari Minggu, 11 September 2022 lalu. Namun sayangnya, sekarang ini akun tersebut sudah kena suspen.  Buntut dari cuitan di Twitter tersebut, lantas banyak orang yang penasaran dengan profil Munir. Seperti apa kasusnya, kapan dan bagaimana Munir bisa meninggal dunia. 

Siapa Munir? Munir memang telah dikenal sebagai orang yang hidupnya dicurahkan untuk memperjuangkan hak asasi manusia (HAM). Munir berani untuk menyuarakan HAM secara lantang.

Pada saat SMP, Munir diketahui aktif di ekstrakulikuler pecinta alam. Bahkan, Munir pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Kemudian tidak hanya aktif di kelas, di luar kelas ia pun sempat menjadi anggota Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir. 

Baca Juga: Berhasil Retas Data Penting, Ini 5 Hacker Paling Berbahaya di Dunia

Untuk lebih jelasnya, langsung saja ulasan mengenai profil Munir yang telah berhasil dirangkum dari berbagai sumber di bawah ini.

Profil Munir Said Thalib

Munir Said Thalib lahir di Malang, Jawa Timur pada tanggal 8 Desember 1965, yang merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Lahir dan tumbuh di Malang, Munir dikenal sebagai seorang yang memiliki kepedulian sosial, yang kelak mengantarkannya sebagai aktivis HAM terkemuka.

Munir kuliah di jurusan hukum Universitas Brawijaya Malang, dan di sanalah ia mulai aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, salah satunya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Sebagai pengacara, Munir juga bergabung dengan Bantuan Lembaga Hukum (LBH).

Pendiri Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) ini menikah dengan Suciwati dan dikaruniai dua orang anak, yaitu Sultan Alif Allende dan Diva Suukyi Larasathi.

Baca Juga: Hacker Bjorka Retas Data Pemerintah, Kepala BSSN Menghadap Jokowi ke Istana

Prestasi Munir Mengungkap Kasus Pelanggaran HAM

Para demonstran saat menggunakan topeng bergamber muka Munir sebagai tuntutan atas pengungkapan kasusnya.
Para demonstran saat menggunakan topeng bergamber muka Munir sebagai tuntutan atas pengungkapan kasusnya.

Dalam kiprahnya sebagai seorang aktivis, Munir memainkan peran penting dalam membongkar keterlibatan aparat keamanan dalam pelanggaran HAM di Aceh, Papua dan Timor Leste (dulu Timor Timur).

Tak hanya itu, Munir juga ikut serta dalam merumuskan rekomendasi kepada pemerintah untuk membawa para pejabat tinggi yang terlibat dalam pelanggaran HAM di tiga daerah itu ke pengadilan.

Kemudian, pada September 1999 silam, Munir ditunjuk menjadi anggota Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM (KPP-HAM) Timor Timur. Kasus pelanggaran HAM yang berhasil ditangani oleh Munir adalah kasus hilangnya 24 aktivis dan mahasiswa di Jakarta (1997-1998).

Selain itu, Munir juga menangani kasus pembunuhan besar-besaran terhadap masyarakat sipil di Tanjung Priok (1984 hingga 1998), hingga penembakan mahasiswa di Semanggi, Tragedi I dan II (1998-1999).

Konsekuensi atas jalan yang ditempuhnya itu, lantas membuat Munir cukup akrab dengan bahaya dan sering mendapatkan banyak ancaman. Bahkan, Munir pernah mendapat teror bom yang meledak di pekarangan rumahnya di Jakarta pada Agustus 2003 lalu.

Kasus Kematian Munir

Munir ditemukan meninggal di pesawat Garuda Indonesia yang terbang dari Jakarta menuju Amsterdam pada tanggal 7 September 2004 lalu. Berdasarkan otopsi yang dilakukan oleh otoritas Belanda, Munir dinyatakan meninggal karena diracun arsenik.

Pada saat itu, Munir mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi pasca sarjana mengenai hukum di Utrecht, Belanda selama satu tahun. Munir berangkat dengan pesawat Garuda Indonesia pada tanggal 6 September 2004. Di dalam pesawat, Munir sering bolak-balik ke toilet untuk buang air dan muntah-muntah hingga akhirnya ia meninggal dunia.

Kemudian setelah jenasahnya diotopsi, otoritas Belanda menemukan adanya racun Arsenik yang melebihi dosis di dalam tubuh Munir. Polisi lantas menangkap pilot Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto dan menetapkannya sebagai tersangka.

Selain itu, polisi juga menetapkan Muchdi Prawiro Pranjono sebagai tersangka yang saat itu menjabat sebagai Deputi V BIN/Penggalangan. Pollycarpus kemudian dipenjara, sedangkan Muchdi PR bebas karena dianggap tidak terlibat dalam pembunuhan Munir.

Namun kasus pembunuhan Munir hingga kekinian masih menimbulkan sejumlah pertanyaan. Publik meyakini dalang dibalik kejahatan itu bukanlah satu dua orang saja. Nah, itulah sekilas mengenai profil Munir yang menarik untuk diketahui. Bagaimana menurut tanggapan pribadi Anda?

Kontributor : Rishna Maulina Pratama

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI