Warga China Keluhkan Kekurangan Makanan akibat Lockdown Demi Nol COVID

Diana Mariska Suara.Com
Senin, 12 September 2022 | 16:29 WIB
Warga China Keluhkan Kekurangan Makanan akibat Lockdown Demi Nol COVID
Ilustrasi lockdown di China. (Noel Celis / AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Warga yang tinggal di beberapa daerah di China disebut mulai mengalami kekurangan makanan akibat pemberlakuan lockdown yang masih berlanjut.

BBC mengatakan, puluhan juta warga di 30 wilayah di China diperintahkan untuk terus berada di rumah selama pemberlakuan lockdown penuh atau sebagian.

Di bawah kebijakan nol COVID China, berbagai wilayah harus menjalankan lockdown walaupun jumlah kasus yang dilaporkan hanya sedikit.  

Akibatnya, kritik dan keluhan mulai bermunculan dari warga yang mengalami kekurangan makanan dan kebutuhan esensial lainnya.

“Sudah 15 hari lamanya, dan kami kehabisan tepung, nasi, dan telur. Sudah beberapa hari ini kami juga kehabisan susu untuk anak-anak,” ujar salah satu warga di bagian barat Xinjiang.

Warga di prefektur otonom Ili Kazakh di Xinjiang, yang sudah menerapkan lockdown dalam beberapa minggu terakhir, menyampaikan keputusasaan mereka di media sosial.

Salah satu video yang beredar menunjukkan seorang pria dari etnis Uighur yang mengungkapkan bahwa ketiga anaknya belum makan selama tiga hari.

Di kota Yining yang merupakan ibu kota Ili Kazakh, sebuah dokumen online yang berisikan permintaan mendesak atas makanan, obat-obatan, dan pembalut juga beredar.

Wilayah yang berbatasan dengan Kazakhstan ini berisikan warga dari etnis China Han, Kazakh, dan Uighur.

Awal bulan ini, PBB menuduh China melakukan "pelanggaran hak asasi manusia yang serius" dalam laporan yang telah lama ditunggu-tunggu tentang dugaan pelanggaran penyiksaan di Provinsi Xinjiang.

Laporan yang mengeklaim adanya pelanggaran HAM atas warga etnik Uighur dan etnik minoritas lainnya, telah dibantah oleh China, yang mengatakan bahwa kamp-kamp itu merupakan instrumen untuk memerangi terorisme.

Di provinsi Guizhou, otoritas setempat memberlakukan lockdown di ibu kota Guiyang tanpa peringatan sebelumnya dan menyebabkan 500,000 orang terjebak di rumah tanpa persiapan apa pun.

Menurut The Guardian, gedung-gedung mematikan elevator untuk mencegah warganya pergi.

Sementara itu, 21 juta warga Chengdu di provinsi Sichuan juga dilarang meninggalkan kota setelah lockdown berlaku.

BBC menyebut pemberlakuan lockdown di berbagai daerah ini merupakan upaya pejabat China untuk menyukseskan Kongres Partai Komunis China yang akan digelar pada pertengahan Oktober mendatang.

Kongres lima tahunan ini akan menjadi yang pertama kali digelar sejak pandemi COVID-19 melanda dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI