Suara.com - Pengamat transportasi dan tata kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna memprediksi banyak pengguna ojol yang akan segera beralih untuk menggunakan sepeda motor pribadinya kembali usai kenaikan tarif ojol yang berlaku mulai Minggu.
Prediksi itu disebutkannya karena kelebihan utama sepeda motor bisa menghemat penggunaan BBM.
"Orang akan lebih banyak pindah ke sepeda motor, karena sepeda motor itu luar biasa. Motor baru itu, untuk setiap satu liternya ada yang bisa (mencapai jarak) 62 km," katanya dalam rilis survei nasional Polling Institute bertajuk "Kenaikan Tarif Ojek Online di Mata Pengguna dan Pengemudi" secara daring di Jakarta, Minggu (11/9/2022).
Menurutnya, dibadingkan dengan berapa besar efisiensi yang bisa dilakukan pelaju dengan angkutan umum atau ojol, satu liter BBM bisa untuk menempuh jarak sejauh 40 km dengan sepeda motor pribadi.
Baca Juga: 29,1 Persen Pengguna Pilih Tetap Gunakan Layanan Ojol Meski Tarif Naik
Untuk itu, ia memprediksi berdasarkan survei bahwa kemungkinan besar pengguna ojol akan berpindah ke sepeda motor pribadi.
"Makanya, kalau survei mengatakan bahwa kemungkinan besar orang akan pindah ke sepeda motor, benar. Karena kekuatan motor adalah pada super hematnya dalam konteks penggunaan energi dengan jarak yang ditempuh," imbuhnya.
Dalam satu liter BBM, bisa digunakan selama dua hari PP untuk jarak tempuh sekitar 10 km. Sementara itu, hanya bisa digunakan untuk sekali perjalanan jika dihitung dengan biaya yang sama dengan pengeluaran angkutan umum atau ojol.
Ia juga mencontohkan, jika jarak rumahnya ke stasiun sejauh sembilan km dengan tarifnya Rp24 ribu, maka perjalanan PP sudah menghabiskan Rp50 ribu.
Biaya tersebut, jika dikonversi dengan naik motor, totalnya bisa mencapai jarak tempuh 200-300 km untuk BBM jenis Pertalite.
Baca Juga: Disuruh Cepat-cepat oleh Customer, Balasan Driver Ojol Ini Jadi Sorotan
"Jarak tempuh dekat, tapi mahal dengan naik angkot dan ojol kemungkinan besar akan membuat orang mau berpindah (ke motor pribadi) karena menghemat luar biasa. Kenapa? Karena gaji tidak naik, kalau gaji naik tidak apa-apa, tapi gaji tidak naik, BLT tidak cukup," imbuhnya.
Yayat juga menyoroti kenaikan tarif ojol akan cukup membebani rumah tangga karena banyak anak sekolah atau pelajar yang menggunakan jasa ojek online.
Sayangnya, pelajar adalah kelompok yang tidak memiliki penghasilan sehingga beban tersebut akan kembali ke orang tua atau kepala rumah tangga.
Yayat juga menilai pilihan masyarakat untuk menggunakan sepeda motor juga tidak bisa disalahkan. Pasalnya, minimnya pendapatan dan makin mahalnya biaya hidup mengharuskan mereka untuk mencari opsi penghematan.
"Mereka yang penghasilannya terbatas, kurang dari Rp4 juta, itulah yang paling rentan dengan kenaikan tarif transportasi. Jadi, pilihan pendukung mengapa orang pindah ke sepeda motor, tidak boleh disalahkan. Dengan minimnya pendapatan dan semakin mahalnya biaya hidup, maka agak sulit menyalahkan masyarakat ketika memilih harus menggunakan sepeda motor," kata Yayat. [ANTARA]