Ribuan rumah tersebut dibangun di atas lahan seluas 81 hektare milik Perhutani. Lahan tersebut sebelumnya dikelola masyarakat bekerja sama pengelolaan lahan untuk menanam aneka tanaman seperti cabai, singkong dan lainnya.
”Begitu ada letusan Semeru, ini kami minta untuk jadi lahan relokasi,” katanya.
Cak Thoriq menyebutkan bahwa komplek hunian baru bagi korban letusan Semeru tersebut kini menjadi percontohan nasional dalam penanganan korban pascabencana.
”Ada dari Palu yang dulu kena gempa juga studi banding ke lokasi sini,” tuturnya.