Abu Janda Sentil Erick Thohir dan Ahok soal Kenaikan Harga BBM: Pertamina Jual Bensin Paling Mahal, Rugi Pula

Kamis, 08 September 2022 | 19:47 WIB
Abu Janda Sentil Erick Thohir dan Ahok soal Kenaikan Harga BBM: Pertamina Jual Bensin Paling Mahal, Rugi Pula
Pegiat media sosial Permadi Arya alias Abu Janda memberikan komentar pedas terkait ceramah Oki Setiana Dewi yang memaklumi perilaku KDRT. [Instagram @permadiaktivis2]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi kontroversi yang sampai memicu terjadinya aksi demonstrasi. Protes terdengar dari berbagai penjuru, termasuk dari pegiat media sosial Permadi Arya.

Pria yang lebih dikenal sebagai Abu Janda itu rupanya ikut mengkritik hingga membandingkannya dengan harga BBM di Malaysia.

Ia lalu mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo yang soal harga BBM RON 90, atau Pertalite, yang mencapai Rp17.100 per liter apabila tidak disubsidi. Angka ini kemudian ia bandingkan dengan harga BBM di beberapa SPBU.

"Sekarang harga RON 89 di (SPBU) Vivo itu Rp8.900, sekarang udah Rp10.900, itu tidak disubsidi," ujar Abu Janda lewat unggahan di Instagram-nya, dikutip Suara.com, Kamis (8/9/2022).

Baca Juga: Demo Mahasiswa Tolak Kenaikan BBM di Jakarta: Dimulai Salat Zuhur, Bubar saat Kumandang Azan Magrib

Bukan hanya itu, Abu Janda lantas membandingkan harga Pertalite tanpa subsidi tersebut dengan harga BBM di Malaysia. Rupanya BBM dengan kualitas lebih baik di Malaysia pun dijual dengan harga yang lebih rendah daripada Indonesia.

"Sekarang kita bandingin sama harga bensin di Malaysia ya. Harga bensin RON 97 di Malaysia, ini jauh kualitasnya di atas Pertalite, harganya RM4.30 atau sekitar Rp14.200, ini harga tidak disubsidi," jelasnya melanjutkan.

Padahal, sebagai informasi, saat ini Pertamax dengan RON 92 dibanderol dengan harga Rp14.500 per liternya. Sementara harga Pertalite tanpa disubsidi mencapai Rp17.100 per liter.

"Artinya apa? Artinya jika semua harga bensin tidak disubsidi, harga bensin di Indonesia paling mahal," tutur Abu Janda menyimpulkan.

Hal inilah yang membuat Abu Janda meyakini kesalahan terletak di BUMN migas Indonesia, yakni Pertamina. "Tidak efisien, atau ongkos produksinya terlalu tinggi, atau entah kenapa," terangnya.

Baca Juga: Orasi Saat Aksi Mahasiswa Tolak Kenaikan BBM, Politisi PKS Solo Ini Malah Diteriaki Huuu..

Alih-alih menaikkan harga BBM seperti yang saat ini diterapkan pemerintah, Abu Janda menilai seharusnya pemerintah fokus membenahi Pertamina.

Karena itulah sang pegiat media sosial meminta Menteri BUMN Erick Thohir sampai Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok untuk ikut bertanggung jawab.

"Jadi yang harus dibenahi ini Pertamina. Masa udah jualan bensin paling mahal, rugi pula Rp191 triliun. Nggak bener ini namanya," kritiknya.

"Mohon maaf Pak Erick Thohir, katanya Bapak lagi benah-benah BUMN.. benahin ini Pak!" sambungnya, lalu turut meminta Ahok untuk ikut membenahi isu yang sama.

Kritikan Abu Janda ini rupanya mendapat dukungan dari banyak warganet. Meski begitu, sebagian warganet juga menilai perbandingan dengan Malaysia kurang tepat karena kebutuhan konsumsi BBM di negara tersebut yang cuma seperlima dari Indonesia.

"Padahal kita beli bensin gak pernah utang... ko Pertamina Rugi," komentar warganet.

"Pertaminanya di audit donk," desak warganet lain.

"Mr BTP gak ada suaranya terkait ini, padahal dulu kaya macan, ntah kenapa sekarang kok hening," timpal yang lainnya.

PKS Juga Mengecam Keras Kenaikan Harga BBM

Sejumlah pengendara memadati SPBU di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Makassar, sebelum harga BBM naik Pukul 14.30 WIB [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]
Sejumlah pengendara memadati SPBU di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Makassar, sebelum harga BBM naik Pukul 14.30 WIB [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]

Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PKS, Mulyanto, menilai kebijiakan menaikkan harga BBM sangat tidak masuk akal. Pasalnya harga minyak dunia saat ini sudah turun ke kisaran USD80 per barel.

Angka ini, menurut Mulyanto, jauh di bawah asumsi makro harga ICP yang ditetapkan pemerintah, yakni USD100 per barel.

"Dengan penurunan harga minyak dunia ini, maka alasan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi jadi tidak relevan dan sulit di nalar logika masyarakat," tutur Mulyanto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (8/9/2022).

Sementara itu kenaikan harga BBM juga menyebabkan gejolak berupa aksi unjuk rasa. Termasuk di Jakarta yang pada Kamis hari ini diikuti oleh sejumlah kelompok seperti HMI, GMNI, GMKI, BEM SI, dan BEM Nusantara.

Kelompok-kelompok massa ini dilaporkan berkumpul di kawasan Silang Monas atau Patung Kuda, Jakarta Pusat dan membubarkan diri pada sekitar pukul 18.00 WIB.

Pada kesempatan itu, massa berorasi menyampaikan penolakan terhadap kenaikan harga BBM. Namun aksi ini dilaporkan diwarnai dengan kericuhan berupa aksi saling dorong dengan aparat sampai membakar ban.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI