Bukti Amputasi Tertua Ditemukan di Kerangka Usia 31.000 Tahun di Kalimantan

SiswantoBBC Suara.Com
Kamis, 08 September 2022 | 09:37 WIB
Bukti Amputasi Tertua Ditemukan di Kerangka Usia 31.000 Tahun di Kalimantan
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bukti operasi amputasi tertua di dunia telah ditemukan di sebuah gua di Kalimantan Timur, Indonesia.

Kepastian tersebut didapat setelah para peneliti memeriksa temuan kerangka seorang anak muda berusia 31.000 tahun di Gua Liang Tebo, tempat ditemukannya sejumlah lukisan purba paling awal di dunia.

Dr Melandri Vlok yang memeriksa kerangka tersebut mengatakan kaki kiri kerangka "sangat jelas" diamputasi.

Bahkan, hasil analisis para arkeolog menunjukkan bahwa individu yang diamputasi tersebut dirawat oleh komunitasnya bertahun-tahun setelah operasi dilakukan.

Baca Juga: Lebih Tua Dari Suku Manapun, Inilah 3 Suku Tertua di Indonesia

Baca Juga:

Pemeriksaan kerangka purba yang rinciannya diterbitkan dalam jurnal Nature, mengindikasikan operasi amputasi kaki tersebut terjadi saat orang itu masih kecil.

Pertumbuhan dan penyembuhan tulang kaki pascaoperasi menunjukkan bahwa orang itu telah hidup antara enam sampai sembilan tahun setelah amputasi. Kemungkinan dia meninggal pada usia belasan tahun atau awal 20-an tahun.

Salah satu dari tiga peneliti yang menemukan dan melakukan ekskavasi, Dr Tim Maloney dari Universitas Griffith di Australia, mengatakan "gembira sekaligus sedih" untuk mengungkap interpretasi di balik temuan tulang-tulang purba tersebut.

"Kami dengan sangat hati-hati membersihkan endapan dan merekam bagian bawah dari kerangka ini. Kami melihat kaki kirinya tidak ada, tetapi juga terdapat pecahan tulang yang tersisa, yang tidak biasa," katanya kepada BBC News.

Baca Juga: Mengenal Sejarah PSHT, Perguruan Silat Tertua Indonesia yang Menginjak Usia 1 Abad

"Jadi kami antusias menyambut berbagai kemungkinan, termasuk operasi tubuh yang menyebabkan hal ini [kaki kiri tidak ada]."

Tim penggali kemudian meminta Dr Vlok dari Universitas Sydney untuk memeriksa tulang belulang tersebut.

"Dengan temuan seperti ini," katanya, "ada campuran antara senang dan sedih, karena hal ini terjadi pada seseorang.

"Orang ini - seorang anak kecil - mengalami penderitaan luar biasa, bahkan jika itu terjadi 31.000 tahun lalu."

Dr Maloney menjelaskan bahwa lantaran hasil pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda individu tersebut telah dirawat sampai pulih dan selama sisa hidupnya, para arkeolog meyakini bahwa ini adalah tindakan operasi amputasi, bukan hukuman atau ritual apa pun.

"Supaya mereka bisa tetap tinggal di daerah pegunungan ini, sangat mungkin komunitas mereka melakukan perawatan," jelasnya.

Arkeolog dari Universitas Durham, Prof Charlotte Robertson yang tidak terlibat dalam temuan ini tapi turut menyelisik laporan mereka, menilai penemuan ini telah mematahkan pandangan bahwa ilmu pengobatan dan pembedahan hanya baru-baru ini saja ditemukan dalam sejarah manusia.

"Ini menunjukkan kepada kita bahwa merawat orang lain merupakan bagian dari manusia," katanya kepada BBC. "Kita tidak bisa meremehkan nenek moyang kita."

Amputasi, menurutnya, memerlukan pengetahuan komprehensif tentang anatomi manusia, kebersihan pembedahan, serta keterampilan teknis.

"Pada masa sekarang, dalam konteks keilmuan Barat, Anda berpikir amputasi merupakan operasi yang sangat aman. Seseorang diberikan suntikan penghilang rasa sakit, prosedur steril dijalankan, pendarahan terkontrol, dan pengelolaan rasa sakit.

"Lalu, Anda punya bukti ini, 31.000 tahun yang lalu, seseorang melakukan amputasi, dan itu berhasil."

Dr Maloney dan rekan-rekannya sekarang sedang menyelidiki jenis batu yang digunakan sebagai alat amputasi saat itu.

Ikuti Victoria di Twitter

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI