Sejarah Hari Kesaktian Pancasila Diperingati Setiap 1 Oktober

Rifan Aditya Suara.Com
Rabu, 07 September 2022 | 14:19 WIB
Sejarah Hari Kesaktian Pancasila Diperingati Setiap 1 Oktober
Ilustrasi pancasila - sejarah Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejarah Hari Kesaktian Pancasila selalu berkaitan erat dengan peristiwa Gerakan 30 September atau kekinian disebut G30S PKI. Maka dari itu mari ketahui dahulu peristiwa G30S PKI tersebut.

Pada malam 30 September hingga 1 Oktober 1965 silam terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap enam jenderal senior. Penculikan ini disebut-sebut didalangi oleh PKI.

Dikutip dari kemdikbud.go.id, beberapa orang lainnya dalam upaya kudeta yang disalahkan pada para pengawal istana atau cakrabirawa yang dianggap loyal kepada PKI. Enam jenderal senior yang menjadi korban adalah enam pejabat tinggi Angkatan Darat yaitu:

  1. Letjen TNI Ahmad Yani: Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi
  2. Mayjen TNI Raden Suprapto: Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi
  3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo: Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan
  4. Mayjen TNI Siswondo Parman: Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen
  5. Brigjen Donald Isaac Panjaitan: Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik
  6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo: Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat

Jenderal TNI yang bernama Abdul Haris Nasution berhasil selamat dari pembunuhan. Namun, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam peristiwa pembunuhan tersebut.

Baca Juga: G30S PKI: Latar Belakang, Tujuan dan Kronologi Sejarahnya

Kasus pembunuhan 6 jendral ini pun terkuak pada 3 Oktober 1965, namun kondisi politik Indonesia menjadi tidak kondusif. Pembunuhan dan pembantaian anggota dan simpatisan PKI terjadi. Ditengarai sekitar jutaan orang tewas menjadi korban dari tentara dan organisasi pemuda pendukungnya.

Pada 6 Oktober, Soekarno mengimbau rakyat untuk menciptakan persatuan nasional, yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dengan para korbannya, dan penghentian kekerasan. 

Pada 16 Oktober 1965, Soekarno melantik Mayjen Soeharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat di Istana Negara. Lalu pada 11 Maret 1966, Soekarno memberi Soeharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret.

Soekarno memerintahkan Soeharto untuk mengambil langkah-langkah mengembalikan ketenangan dan melindungi keamanan pribadi dan wibawanya. Kekuatan ini pertama kali digunakan oleh Soeharto untuk melarang PKI. Soekarno dipertahankan sebagai Presiden Tituler Diktatur Militer sampai Maret 1967. 

30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September, sedangkan 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila melalui Keputusan Presiden Nomor 153 Tahun 1967. Pada masa pemerintahan Soeharto, film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI ditayangkan di seluruh stasiun televisi Indonesia.

Baca Juga: Latar Belakang G30SPKI, Menjadi Sejarah Kelam Bangsa Indonesia

Tak heran, jika muncul spekulasi bahwa peringatan Hari Kesaktian Pancasila adalah upaya untuk menutupi sejarah kelam kasus pembunuhan baik yang dilakukan tentara maupun PKI itu sendiri. Apalagi Keppres soal Hari Kesaktian Pancasila ini diterbitkan beberapa saat setelah Soeharto menjadi Presiden yang mana sebelumnya menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat.

Bedanya dengan Hari Lahir Pancasila

Sebelum ideologi Pancasila, Indonesia dijajah oleh Belanda dan Jepang. Pada tahun 1944, Jepang berjanji untuk menawarkan kemerdekaan Indonesia. Sukarno, Mohammad Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat sangat gembira, dan Jepang mengorganisir sebuah organisasi untuk mempersiapkan kemerdekaan yang akan datang bagi Indonesia. Anggotanya terdiri dari 60 orang Indonesia dan 7 orang Jepang untuk mengawasi kegiatan tersebut. Organisasi itu bernama BPUPKI. 

BPUPKI diumumkan pada tanggal 1 Maret 1945 namun disahkan pada tanggal 29 April 1945. Pada tanggal 29 Mei 1945, pertemuan pertama diadakan, dan dipimpin oleh Mohammad Yamin. Ia menyampaikan 5 prinsip yaitu kebangsaan, kemanusiaan, dewa, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat. Pada tanggal 30 Mei 1945, pertemuan kedua diadakan, dan dipimpin oleh Soepomo. Beliau menyampaikan 5 prinsip juga yaitu persatuan, kekerabatan, keseimbangan batin, musyawarah, dan keadilan rakyat.

Pada tanggal 1 Juni 1945, pertemuan ketiga diadakan, dan dipimpin oleh Sukarno. Soekarno menyampaikan 5 prinsip dan menyebutnya Pancasila, yang terdiri dari: 

  1. kepercayaan kepada Tuhan yang maha esa
  2. kemanusiaan yang beradab
  3. persatuan nasional Indonesia
  4. demokrasi yang dipimpin oleh kebijaksanaan musyawarah antar wakil
  5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Sukarno menyatakan bahwa ideologi ini bukan miliknya melainkan milik rakyat Indonesia. Ia juga menyebutkan bahwa Pancasila adalah dasar yang kuat, dasar yang juga mendorong beragam masyarakat Indonesia.

Sebuah dasar yang menyatukan seluruh rakyat Indonesia dari Sabang hingga Merauke dengan tujuan untuk memulai dan mengakhiri revolusi. Setelah melalui beberapa proses persidangan, Pancasila yang dicetuskan oleh Soekarno ini akhirnya disahkan pada Sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada sidang itu, disepakati bahwa Pancasila merupakan dasar hukum negara Indonesia.

Kemudian setiap tanggal 1 Juni masyarakat Indonesia memperingati hari lahir Pancasila dan sekaligus juga sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Hari Ulang Tahun Pancasila ditandai dengan pidato yang dibuat oleh Presiden pertama bangsa Indonesia, Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, di persidangan Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Investigasi Persiapan Kemerdekaan). Dalam sambutannya, Presiden Soekarno mempresentasikan konsep awal Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.

Demikian itu uraian singkat sejarah Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober dan bedanya dengan Hari Lahir Pancasila.

Kontributor : Mutaya Saroh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI