Suara.com - Keputusan pemerintah untuk menaikan harga BBM Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter telah memicu kontroversi. Rakyat memprotes kenaikan harga BBM yang cukup tinggi itu ke berbagai pihak, termasuk menyasar petinggi PDI Perjuangan.
Di tengah gelombang penolakan tersebut, memori masyarakat kembali ke tahun 2008 lalu, ketika sejumlah petinggi PDIP menangis tatkala Presiden SBY saat itu memutuskan untuk menaikkan harga BBM. Termasuk Puan Maharani yang kini menjadi Ketua DPR RI.
Kala itu, Puan Maharani bercucuran air mata karena harga BBM naik di era SBY. Momen yang terekam kamera itu kini kembali viral dan menjadi sorotan. Alhasil, tangisan Puan beberapa tahun lalu itupun sekarang menjadi pro kontra.
Seperti apa pro kontra yang muncul di masyarakat? Berikut ulasannya.
Baca Juga: Geger Mahasiswi Diduga Hina Jokowi Saat Demo Kenaikan Harga BBM, Ada yang Sebut-sebut Nama Sambo
Warganet cari Puan Maharani
Seusai pemerintah menaikkan harga BBM, beragam sindiran terhadap air mata sejumlah petinggi PDIP saat itu bermunculan dan ramai di sejumlah media sosial.
Dalam beragam sindiran tersebut, muncul sejumlah nama, di antaranya Ketua DPR RI Puan Maharani, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, lalu ada juga politikus PDI Perjuangan lainnya seperti Rieke Diah Pitaloka.
Tiga nama tersebut sempat tertangkap kamera menitikkan air mata saat Presiden SBY akan menaikkan harga BBM pada 2008 lalu.
Dan kini nampaknya warganet ingin melihat nama-nama tersebut di atas untuk kembali menangis, persis seperti yang mereka lakukan ketika memprotes kenaikan harga BBM pada era SBY lalu.
Baca Juga: Harga BBM Naik, Lukmanul PAN Minta Anies Gratiskan Transportasi Umum
"@puanmaharaniri nanges la woi," desak warganet.
"Ini gak ada adegan nenek-nenek sama anaknya nangis lagi nih? Mana nih. Ayo donk nangis," tulis warganet.
"Mpo oneng @riekediahp kok ga demo lagi, kemana mpo?" timpal yang lainnya.
Pendemo cari Puan Maharani
Ternyata Puan Maharani tak hanya dicari di dunia maya, di dunia nyata pun sosok Ketua DPR RI itu pun dicari-cari oleh peserta aksi tolak kenaikan harga BBM.
Ketika massa yang tergabung dalam Partai Buruh dan sejumlah serikat buruh menggelar aksi penolakan terhadap kenaikan harga BBM di depan Gedung DPR RI Jakarta, mereka menyindir Ketua DPR RI Puan Maharani.
Melalui pengeras suara di mobil komando, salah satu peserta aksi menyinggung sikap Puan Maharani yang kini hanya diam ketika pemerintah menaikkan harga BBM.
Sementara dulu, pada 2008, Puan menangis ketika pemerintahan SBY menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Hari ini kita nyari Puan Maharani yang dulu nangis-nangis ketika BBM dinaikkan," kata salah satu orator dari atas mobil komando.
Peserta aksi bawa foto Puan sedang menangis
Ada pemandangan unik di tengah aksi penolakan kenaikan harga BBM di depan Gedung DPR RI Jakarta, pada Selasa (6/9/2022).
Peserta aksi tak hanya membawa atribut seperti spanduk raksasa yang bertulis kalimat protes, namun ada juga yang membawa foto Puan Maharani yang tengah menangis.
Foto diambil dari momen ketika Puan menangis pada 2008 lalu, ketika pemerintahan SBY hendak menaikkan harga BBM.
Dalam foto itu ada sebuah kalimat penolakan, yakni "TOLAK KENAIKAN BBM". Keberadaan foto tersebut di tengah aksi bukan hanya suatu hal yang menarik, namun menjadi sindiran telak untuk Puan Maharani.
Dinilai wajar oleh partai oposisi
Mengenai maraknya sindiran yang ditujukan kepada Ketua DPR RI Puan Maharani, terkait perbedaan sikapnya soal kenaikan harga BBM, politikus Partai Keadilan Sejahtera, Mardani Ali Sera ikut angkat suara.
Menurut dia, segala sindiran yang muncul saat ini dan ditujukan kepada Puan Maharani, adalah hal yang wajar.
Mardani Ali Sera mengatakan, sindiran tersebut merupakan wujud kemarahan publik terhadap Puan Maharani yang merupakan representasi lembaga legislatif.
Namun kemarahan tersebut, lanjut Mardani, tidak hanya ditujukan kepada Puan. Publik juga marah kepada Presiden Joko Widodo yang mengambil kebijakan menaikkan harga BBM tersebut.
Kemarahan itu, menurut Mardani, disebabkan kenaikan harga BBM semakin menyengsarakan rakyat dan memberatkan bebah hidup masyarakat.
Dibela oleh partainya sendiri, PDIP
Di tengah sejumlah kritikan dan sindiran yang diarahkan kepada Puan Maharani, Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah angkat bicara membela Puan.
Menurut dia, kondisi yang dihadapi pemerintahan Presiden SBY dulu dengan pemerintahan Presiden Jokowi saat ini jauh berbeda. Sehingga keputusan untuk menaikkan harga BBM pun diambil atas pertimbangan yang berdeda pula.
"Dulu apa sih problematiknya sekarang apa kan beda, pandemi, minyak hancur sehancur-hancurnya. Tingkat permintaan tinggi tiba-tiba ada perang padahal rantai pasok global belum sempurna goyang semua negara," kata Said di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (6/9/2022).
Karena itulah, menurut dia, tidak elok rasanya jika sejumlah pihak saat ini menyamakan sikap PDI Perjuangan dulu dan sekarang terkait kenaikan harga BBM.
Kontributor : Damayanti Kahyangan