Suara.com - Memanfaatkan lahan kosong dan terbatas yang ada di sekitar rumah ternyata dapat menjadi ladang penghasilan baru. Seperti yang dilakukan oleh kelompok warga Griya Dumpit Asri, RW 06, Kelurahan Gandasari, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Gemar Menanam Sayuran Inovasi Menanam Padi dan Budidaya Ikan (KWT Gemas Implan).
Sejak tahun 2019, KWT Gemas Implan memanfaatkan lahan tidur tak terurus untuk bercocok tanam menggunakan media tanah maupun sistem hidroponik hingga melakukan budidaya ikan lele.
“Jadi, tadinya ini adalah lahan kosong. Akhirnya, oleh warga sekitar sini dimanfaatkan untuk jadi ladang menanam sayur dan buah-buahan. Diurus juga oleh ibu-ibu rumah tangga di sini alhamdulillah jadi ada kegiatan dan penghasilan tambahan,” tutur Ketua KWT Gemas Implan, Tuminah.
Berawal dari komitmen menyediakan sayur mayur yang murah untuk warga sekitar terlebih di tengah pandemi covid-19, kini KWT Gemas Implan telah menghasilkan omzet.
Baca Juga: Buruan Sae Bandung akan Dikunjungi Peserta Konferensi Urban 20
“Hasil panen di sini dijual untuk warga sekitar, juga untuk pedagang sayur. Selain itu, kami olah juga hasil panen sendiri jadi produk yang dijual oleh UMKM di sini. Ada kripik pisang, kripik pare, sirup markisa dan yang cukup ramai itu sari kembang teleng. Saat ini omzet dari sari kembang teleng saja dalam sebulan bisa mencapai Rp1 juta dan hasilnya kami kembalikan untuk aktivitas dan pengembangan KWT Gemas Implan,” tambahnya.
KWT Gemas Implan juga turut ikut serta melakukan panen raya dan penjualan perdana produk hidroponik 1.000 lubang hidroponik bersama 27 KWT lainnya di Kota Tangerang yang telah melakukan penanaman sayuran selada dan pakcoy menggunakan metode hidroponik pada 6 Juli yang lalu.
Keberhasilan KWT Gemas Implan membuatnya menerima banyak kunjungan belajar dari berbagai sekolah sampai studi banding dari instansi pemerintah kabupaten atau kota lainnya, seperti dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Serang serta PT Indonesia Power PLTGU Cilegon OMU yang belum lama ini membawa tiga wilayah binaannya berkunjung ke KWT Gemas Implan untuk studi banding pengelolaan agrowisata pertanian.
“Pertama yang ingin sekali kami contoh di KWT Gemas Implan ialah kekompakkannya, komitmennya dan semangat yang sudah tiga tahun ini tidak berubah. Dibanding anggaran atau lahan, rasanya jauh lebih sulit terkait semangat dan komitmen bersama,” Ahli Muda CSR Indonesia Power, Ali.
Kisah di atas merupakan contoh nyata kesuksesan salah satu KWT dari 114 KWT yang tersebar di 13 Kecamatan, Kota Tangerang. Beragam produk olahan lainnya dari hasil panen setiap KWT telah dihasilkan seperti produk es krim pakcoy yang dihasilkan oleh KWT Harmonis Gandasari, kemudian dari KWT Hijau Konsumsi berhasil mengolah lidah buaya menjadi puding, minuman, hingga manisan bahkan KWT Kenanga sukses mengolah hasil panen jahenya menjadi permen, serbuk jahe seduhan hingga sirup jahe yang memiliki omzet jutaan rupiah setiap bulannya.
Baca Juga: Viral Pria Kurus Kering Telantar di Kolong Flyover Tangerang, Dinsos Bawa ke RS
Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang terus mendorong kemandirian masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pangan hingga menghasilkan nilai ekonomi dengan beragam program yang dijalankan mulai dari melakukan pembibitan secara mandiri, melakukan pemberian bibit tanaman produktif dan benih ikan kepada KWT, hingga memberikan beragam pelatihan seperti pelatihan digital marketing sebagai upaya promosi dan pemasaran.
Wali Kota Tangerang, H. Arief R. Wismansyah, menyampaikan bahwa Pemkot Tangerang akan terus memfasilitasi dan mendorong kemandirian masyarakat salah satunya dengan membina KWT hingga mengajak masyarakat luas untuk melakukan urban farming, bercocok tanam di lahan terbatas.
“Bertani itu sekarang semakin keren, caranya sudah mudah, asal ada kemauan,” ujar Arief.
“Dengan urban farming, lingkungan kita jadi sehat, tanaman subur, hidup kita pun jadi sehat karena bisa mengkonsumsi tumbuhan sayuran yang sehat hasil budidaya sendiri bahkan bisa menghasilkan nilai ekonomis bagi keluarga,” pungkasnya.