Pedasnya Sindiran Sopir Angkot Usai Harga Pertalite Naik Jadi Rp10.000: Terima Kasih Pak Jokowi!

Senin, 05 September 2022 | 14:23 WIB
Pedasnya Sindiran Sopir Angkot Usai Harga Pertalite Naik Jadi Rp10.000: Terima Kasih Pak Jokowi!
Warga Kota Cimahi mengantre unuk membeli Pertalite di sebuah SPBU pada Sabtu (3/9/2022). Banyak dari warga yang datang tak tahu jika harga Pertalite telah mengalami kenaikan. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah telah secara resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada Sabtu (3/9/2022) siang. Kini harga Pertalite naik menjadi Rp10.000 per liter, sementara Solar juga naik menjadi Rp6.800 per liternya.

Kenaikan ini jelas menimbulkan banyak kecaman, terutama dari kelompok masyarakat kecil yang begitu terdampak dengan kebijakan ini.

Misalnya saja para sopir angkot yang blak-blakan menyampaikan sindiran pedas untuk Presiden Joko Widodo seperti di video viral unggahan akun Instagram @sisiterangofficial berikut ini.

Pasalnya sopir tersebut malah mengucapkan terima kasih usai pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. "Terima kasih kepada Pak Jokowi, yang menjadi Presiden Republik Indonesia," ungkap sopir tersebut, dikutip Suara.com pada Senin (5/9/2022).

Baca Juga: Jelang Demo Massa PMII Tolak Harga BBM Naik, Istana Sudah Dijaga Ketat Barracuda hingga Kawat Berduri

Video yang semula diunggah @Galigalisero itu memperlihatkan si sopir yang mengungkapkan rasa kesalnya akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. "Itu berkat Bapak jadi presiden Indonesia, harga bensin naik," sindirnya lagi.

"Saya sabar, walaupun saya sopir angkot, saya sabar. Nggak bakalan saya kelaparan, Pak, biarpun bensin naik," sambungnya.

Bahkan, masih dengan penuh sarkasme, pria yang telah lanjut usia itu menilai kenaikan harganya kurang banyak. "Jangan 10 ribu Pak Jokowi, (jadikan) 25 ribu (sekalian), pasti saya nggak bakal kelaparan, Pak Jokowi," katanya.

"Ini saya sebagai sopir angkot mau melapor ke mana, mau mengadu ke mana, tetep aja saya (mengucapkan) terima kasih Pak Jokowi. Pak Jokowi terima kasih, Bapak sudah nolong rakyat," pungkas sopir angkot tersebut.

Kenaikan harga yang cukup signifikan memang membuat banyak pihak mengamuk. Misalnya saja Pertalite yang semula dibanderol Rp7.650 menjadi Rp10.000 per liter.

Baca Juga: Dampak Harga BBM Naik, Tarif Angkot di Cianjur Ikut Naik Jadi Berapa?

Kemarahan yang sama juga terlihat disampaikan warganet di kolom komentar postingan @sisiterangofficial tersebut, apalagi karena kenaikan harga BBM tak diikuti dengan peningkatan besaran upah minimum.

"Terima kasih pakde Jokowi atas kehebatan nya dalam mendzolimi rakyat #ripkeadilan," kecam warganet.

"Kalo bisa dipersulit ngapain dipermudah," sindir warganet.

"Di saat minyak dunia turun, bisa bisanya BBM naik. Dasar negri Wakanda," tutur warganet lain.

"Sindiran dan tamparan keras buat RI 1... Salam sehat buat Pak Sopir," ujar warganet.

"@jokowi terimakasi, semoga hati nurani bapa terketuk!" komentar warganet lain.

"@jokowi semoga cepet dapet hidayah pak, kasihan orang cilik kaya aku gini pak, kerja di jakarta gaji 2,5 (juta) habis buat bolak-balik isi bensin tok," timpal yang lainnya.

Kenaikan Harga BBM Disebut Bentuk Keadilan Subsidi bagi Rakyat

Ilustrasi SPBU - Update Harga Pertalite CS Naik (Shutterstock)
Ilustrasi SPBU. (Shutterstock)

Bukan cuma BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Solar, harga jenis BBM lain seperti Pertamax juga ikut mengalami kenaikan per Sabtu (3/9/2022) kemarin.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, menyampaikan dukungannya. Dalam keterangan tertulisnya, Yaqut menilai kebijakan menaikkan harga BBM merupakan bentuk keadilan bagi masyarakat.

"Di balik penyesuaian ini, Ansor melihat ada komitmen kuat dari Pemerintah untuk menata pos-pos subsidi, yang awalnya dinikmati sekitar 70 persen kalangan menengah ke atas berubah untuk masyarakat bawah," jelas Yaqut yang juga menjabat sebagai Menteri Agama tersebut.

"Ini justru bentuk keadilan subsidi untuk rakyat," lanjutnya. Yaqut menyebut, pemerintah saat ini sedang berkomitmen untuk mengurangi beban negara dengan menyesuaikan subsidi agar lebih tepat sasaran.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI