Pegang Erat-erat Omongan Prabowo Soal Pilpres 2024, PKB: Jenderal Nggak Mungkin Main-main, Sudah Nyalon 4 Kali

Jum'at, 02 September 2022 | 14:47 WIB
Pegang Erat-erat Omongan Prabowo Soal Pilpres 2024, PKB: Jenderal Nggak Mungkin Main-main, Sudah Nyalon 4 Kali
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (bawah) menyampaikan pidato kebangsaan saat deklarasi koalisi dengan PKB. [ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/nym]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Elite Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berkeyakinan koalisi dengan Gerindra untuk 2024 tidak akan bubar. PKB yakin bahwa omongan Prabowo Subianto bisa dipegang erat-erat karena tidak akan berkhianat.

Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid menegaskan bahwa Prabowo tidak akan bermain-main dengan pilihannya.

"Pak Prabowo Jenderal, nggak mungkin dia main-main. Sudah nyalon empat kali masa masih mau main-main," kata Jazilul di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (2/9/2022).

Koalisi Gerindra dan PKB diprediksi bubar seiring peluang PDIP untuk ikut bergabung.

Baca Juga: Pernyataan Tegas Muzani Soal Capres Gerindra Tunggal Hanya Prabowo Dianggap Teguran Kegenitan Politik Sandiaga

Tetapi ditegaskan Jazilul, PKB tidak masalah dengan bergabungnya partai lain ke koalisi Gerindra-PKB, termasuk PDIP.

"Ya kalau soal merapat saya nggak ada soal," ujarnya.

Sebelumnya Jazilul mengatakan bahwa PKB tetap memegang erat kesepakatan yang telah disampaikan langsung oleh Gerindra serta Prabowo.

"Kami masih tetap meyakini bahwa apa yang disampaikan oleh Gerindra dan Pak Prabowo kami pegang erat-erat," kata Jazilul.

Karena itu PKB meyakini sejauh ini koalisi dengan Gerindra tetap solid.

Baca Juga: Isu Jokowi Tiga Periode Kembali Berhembus, Sindiran Dasco Gerindra: Masa Mimpi Nggak Boleh

"Masih solid. Saya yakin nggak akan terganggu dengan kehadiran partai koalisi yang akhir," kata Jazilul di Kompleks Parlemen Senayan, Jumat (2/9/2022).

PKB Diprediksi Hengkang

Koalisi Gerindra dan PKB diperkirakan tidak akan bertahan lama, apabila PDI Perjuangan tiba-tiba ikut bergabung. Kehadiran PDIP yang merupakan partai penguasa disebut tidak akan disambut baik oleh PKB.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kedua kanan) bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kanan) saat deklarasi koalisi antara Partai Gerindra dan PKB dalam Rapimnas Gerindra di SICC, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (13/8/2022). [ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/nym]
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kedua kanan) bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kanan) saat deklarasi koalisi antara Partai Gerindra dan PKB dalam Rapimnas Gerindra di SICC, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (13/8/2022). [ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/nym]

Hal itu disampaikan Pengamat politik Ujang Komarudin. Ujang memandang koalisi Gerindra dan PKB tercipta bukan tanpa kesengajaan. Menurutnya koalisi itu merupakan perahu untuk mengantarkan masing-masing ketua umum menjadi kandidat di Pilpres 2024.

Gerindra yang memiliki suara lebih banyak dibanding PKB, tentu akan memasang Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Sementara Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai calon wakil presiden.

Konfigurasi itu diprediksi tidak akan berjalan, kalau saja PDIP yang mengantongi suara terbanyak sebagai partai pemenang Pemilu di 2019 ikut bergabung.

"Jadi kalau di tengah jalan lalu PDIP masuk berkoalisi, bergabung maka suka tidak suka, senang tidak senang akan memperumit situasi, akan bercerai berai itu. Dan PKB pasti akan keluar, pasti tidak mau," kata Ujang dihubungi, Jumat (2/9/2022).

Ujang menjelaskan sejumlah faktor yang bisa menjadi dasar PKB memilih hengkang dari koalisi, andai PDIP bergabung. Satu di antaranya ialah posisi cawapres Cak Imin yang bisa terancam digantikan dengan kader dari PDIP.

Meski belum resmi mengusung siapa kadernya, PDIP kekinian cenderung mendorong Puan untuk dapat ikut di kontestasi Pilpres 2024. Dengan kehadiran PDIP di koalisi Gerindra-PKB, pamor Cak Imin disebut Ujang bisa kalah dengan Puan.

Faktor kedua, kata Ujang ialah suara PDIP yang lebih besar ketimbang PKB, bahkan Gerindra itu sendiri.

"Jadi juga akan merugikan PKB yang dianggap suaranya lebih kecil dibandingkan PDIP kan begitu, Bargaining-nya lebih kecil dibandingkan PDIP. Oleh karena itu ya Cak Imin mengatakan akan rumit akan complicated lah ya akan sulit akan sudah dan membuat koalisi itu tidak jadi," kata Ujang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI