Kabar Baru Rencana Kenaikan BBM Bersubsidi Pertalite dan Solar, Potensi Penjualan Mobil Listrik di Indonesia

Jum'at, 02 September 2022 | 14:46 WIB
Kabar Baru Rencana Kenaikan BBM Bersubsidi Pertalite dan Solar, Potensi Penjualan Mobil Listrik di Indonesia
Mobil Tesla Model 3 buatan China dipajang saat upacara pengiriman di Shanghai Gigafactory milik produsen kendaraan listrik asal Amerika Serikat tersebut di Shanghai, China. [Dok.Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Publik masih menunggu kenaikan harga BBM bersubsidi. Hingga kini pemerintah belum umumkan waktu pasti kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun ada kemajuan dalam rencana kenaikan harga BBM ini.

Kenaikan harga BBM bersubsidi ini diprediksi akan mempengaruhi penjualan mobil listrik yang belakangan populer. Bahkan merk-merk besar sudah mengeluarkan tipe mobil listrik terbaru.

Terkait kenaikan harga BBM bersubsidi, Presiden Joko Widodo mengumumkan kabar baru. Kabar baru ini menandakan kepastian BBM akan naik.

Dalam pernyataan terbarunya, Jokowi menjelaskan jika pemerintah masih menghitung-hitung kenaikan harga BBM bersubsidi.

Baca Juga: Tolak Kenaikan BBM, Mahasiswa Geruduk Kantor Gubernur Kalteng

Presiden Joko Widodo (Antara)
Presiden Joko Widodo (Antara)

"Untuk BBM-nya semuanya masih dikalkulasi dan hari ini akan disampaikan kepada saya mengenai hitung-hitungan dan kalkulasinya," kata Jokowi di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, Jumat (2/9/2022).

Pasar mobil listrik

Pasar mobil listrik dinilai akan semakin besar jika BBM terus naik. Sehingga semakin banyak pembeli mobil listrik. Hal itu diperdiksi oleh Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Makmur.

Sebelumnya, pemerintah mengatakan akan menaikkan harga BBM dalam waktu dekat. Kebijakan ini dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap perekonomian, termasuk di sektor otomotif yang sedang bangkit usai terpuruk akibat pandemi Covid-19. Tapi itu tetap membuat pasar mobil listrik optimis.

Sales Promotion Girl (SPG) berpose di depan mobil listrik Wuling Air Ev yang dipamerkan pada ajang pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Banten, Sabtu (13/8/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Sales Promotion Girl (SPG) berpose di depan mobil listrik Wuling Air Ev yang dipamerkan pada ajang pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Banten, Sabtu (13/8/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

Hyundai merupakan salah satu pemain mobil listrik besar di Indonesia dengan Hyundai Ioniq 5.

Baca Juga: Hitung-hitungan soal Kenaikan Harga BBM Bakal Disetor ke Jokowi Hari Ini

Menurut Makmur, kebutuhan mobil di Indonesia masih tinggi. Sehingga kenaikan BBM bersubsidi mungkin tidak akan mempengaruhi penjualan mobil.

Di Amerika Serikat, penjulan mobil listrik menggeliat. Tercatat melonjak hingga 41 persen. Dikutip dari Suara.com, Mitch Phillips, Direktur Data Global Urban Science kepada Automotive News, yang dikutip Jalopnik menjelaskan penjualan mobil listrik tertinggi ada di California.

Di Indonesia, di antara mobil listrik yang keluar di Indonesia adalah Wuling Air EV. Mobil ini mulai dijual di Bali dengan harga OTR senilai Rp246,6 juta untuk Standard Range dan Rp304 juta untuk Long Range.

Bahkan pada merk lain, Mobil Listrik DFSK Gelora E akan beroperasi di Jalan Sudirman Jakarta bersama PT Transjakarta. Mobil ini akan menjadi JakLingko di Jakarta.

DFSK Gelora E memiliki dimensi 4.500mm x 1.680mm x 2.000mm (PxLxT) ditunjang baterai Lithium-ion berkapasitas 42 kWH untuk melaju sejauh 300km (berdasarkan pengujian New European Driving Cycle/NEDC). Pengisian daya juga tak memerlukan waktu yang lama berkat teknologi fast charging, yakni 20 persen - 80 persen selama 80 menit.

Apakah kenaikan BBM bersubsidi pilihan terbaik?

Antrian kendaraan di salah satu SPBU di Jakarta Barat, Kamis (1/9/2022).  [Suara.com/Faqih].
Antrian kendaraan di salah satu SPBU di Jakarta Barat, Kamis (1/9/2022). [Suara.com/Faqih].

Paling tidak menurut Direktur Executive Next Policy Fithra Faisal, pengalihan subdidi BBM harus dilakukan di tengah keadaan ekonomi global saat ini.

Dikutip dari Suara.com, Indonesia menurut Fithra Faisal tidak punya pilihan banyak di tengah kondisi saat ini.

Tanpa langkah konkret mengurangi defisit anggaran sejak saat ini, lanjut Fithra, APBN tahun depan akan kembali defisit melebihi batas yang diperbolehkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI