Mengenal Sejarah PSHT, Perguruan Silat Tertua Indonesia yang Menginjak Usia 1 Abad

Jum'at, 02 September 2022 | 13:59 WIB
Mengenal Sejarah PSHT, Perguruan Silat Tertua Indonesia yang Menginjak Usia 1 Abad
Moerdjoko Hadi Wijoyo terpilih menjadi Ketua Umum PSHT [Foto: Suaraindonesia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ribuan pesilat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) mengikuti Kirab Budaya Nusantara di Kota Madiun, Jawa Timur pada Kamis (1/9/2022). Kirab tersebut digelar untuk merayakan usia PSHT yang telah menginjak 100 tahun atau 1 abad.

Seperti diketahui, perguruan silat PSHT menjadi salah satu organisasi silat yang tertua di Indonesia. Lantas bagaimana sejarah PSHT? Yuk simak penjelasannya berikut ini.

Sejarah PSHT

Perguruan silat PSHT menjadi salah satu organisasi silat tertua di Indonesia. Pasalnya menurut sejarah, PSHT didirikan pada 1922 oleh Ki Hadjar Hardjo Oetama di Kota Madiun.

Baca Juga: Bus Mira Jadi Sasaran Amuk Warga Usai Tabrak Pemotor di Madiun

Awalnya  PSHT bernama Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC). Ki Hadjar Hardjo Oetama merupakan murid dari Ki Ngabehi Soerodiwiryo atau kerap dipanggil Eyang Suro yang menjadi cikal bakal PSHT.

Mengutip laman resmi PSHT, ketika itu PSHT dicurigai oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai gerakan perlawanan, sehingga dibubarkan. Bukan hanya itu, Ki Hadjar Hardjo juga diasingkan ke Jember, Cipinang, dan Padangpanjang, Sumatera Barat.

Sepulang dari masa pengasingan, Ki Hadjar Hardjo kembali mengaktifkan SH PSC dengan mengganti nama "pencak" menjadi "pemuda" sebagai siasat agar tidak dibubarkan Belanda.

Kemudian nama SH PSC diubah lagi menjadi Setia Hati Terate pada 1942 atas usulan dari Soeratno Soerengpati, seorang tokoh pergerakan Indonesia. Namun, ketika itu SH Terate baru bersifat perguruan, bukan organisasi.

Barulah pada 1948, perguruan SH Terate diubah menjadi organisasi Persaudaraan Setia Hari Terate yang dipimpin oleh Soetomo Mengkoedjojo. Perubahan tersebut berdasarkan hasil konferensi yang diadakan di rumah Ki Hadjar Hardjo di desa Pelangbango, Madiun, Jawa Timur. Ketika itu, PSHT diketuai oleh Oetomo Mengkoewidjojo dan Darsono sebagai wakil.

Baca Juga: Terpidana Korupsi Gedung DPRD Kota Madiun Diamankan, Selama Buron Dua Tahun Mengontrak di Mataram

Perkembangan PSHT

Setelahnya kepemimpinan PSHT dilanjutkan oleh M Irsyad pada 1950. Dalam masa itu, ada beberapa tambahan materi latihan, yakni 90 senam, jurus belati dan jurus toya. 

Kemudian di masa RM Imam Koesoepangat (1974), PSHT berkembang cukup pesat hingga memiliki belasan juta anggota dari seluruh dunia. Selepas Imam Koeseopangat, PSHT dipimpin oleh Tarmidji Boedi Harsono, SE pada 1981. Saat menjabat, Tarmidji mendirikan Yayasan Setia Hati Terate untuk mengelola kekayaan PSHT. 

Pada masa kepemimpinan M Taufiq (2016-2021), terjadi perubahan struktur di tubuh PSHT. Ia menambahkan bidang pengabdian masyarakat agar bisa memberi dampak langsung kepada warga.

Bukan hanya di Indonesia, saat ini PSHT telah ada di berbagai negara, seperti Belanda, Perancis, Belgia, Jerman dan Amerika Serikat.

Cara Menjadi Anggota PSHT

Seseorang harus mengikuti sederet latihan pencak silat terlebih dahulu untuk menjadi bagian dari PSHT. Nantinya, mereka akan mendapat sabuk hitam, merah muda, hijau, dan putih kecil, sesuai dengan tingkatan masing-masing. 

Setelah tamat pencak silat dasar tersebut, seseorang akan dianggap sebagai warga atau saudara SH jika telah disahkan oleh Dewan Pengesahan pada bulan Muharam atau Syuro. Dewan Pengesahan ini termasuk saudara SH terbaik yang dipilih melalui musyawarah. 

Kandidat warga SH akan mendapat "gemblengan" jasmani dan rohani secara mendalam sebelum proses pengesahan. Saudara SH yang baru disahkan ini baru berada pada tingkat I (erste trap). Ada tiga jenis tingkatan dalam PSHT, yakni saudara SH Tingkat I (ester trap), Tingkat II (twede trap), dan tingkat III (derde trap). 

Kontributor : Trias Rohmadoni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI