Jokowi Masih Hitung-hitung Rencana Menaikkan Harga BBM Bersubsidi di Tengah Anjloknya Harga Minyak Dunia

Chandra Iswinarno Suara.Com
Jum'at, 02 September 2022 | 11:37 WIB
Jokowi Masih Hitung-hitung Rencana Menaikkan Harga BBM Bersubsidi di Tengah Anjloknya Harga Minyak Dunia
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mulai menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT) pengalihan subsidi BBM di Kantor Pos Kabupaten Jayapura, Papua, Rabu (31/8/2022). (YouTube Sekretariat Presiden)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rencana untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi hingga kini masih terus dihitung-hitung oleh pemerintah. Namun kondisi tersebut sepertinya bertolak belakang dengan anjloknya harga minyak dunia dalam beberapa hari terakhir.

Seperti dikutip Suara.com, Presiden Jokowi sendiri menyatakan masih menghitung dan mengkalkulasi rencana untuk menaikan harga BBM, terutama BBM bersubsidi seperti solar dan pertalite.

"Untuk BBMnya semuanya masih dikalkulasi dan hari ini akan disampaikan kepada saya mengenai hitung-hitungan dan kalkulasinya," kata Jokowi di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku pada Jumat (2/9/2022).

Tanda-tanda kenaikan harga BBM sendiri sebenarnya sudah mulai terlihat, salah satunya saat pemerintah menyediakan tambahan bantalan bantuan sosial pengalihan subsidi BBM sebesar Rp600 ribu untuk empat bulan.

Baca Juga: Hitung-hitungan soal Kenaikan Harga BBM Bakal Disetor ke Jokowi Hari Ini

Bahkan, Jokowi menyerahkan bansos perdana tersebut di Kantor Pos Cabang Sentani, Papua pada Rabu (31/8/2022) kemarin. Tak hanya di Sentani, pembagian bansos juga dilakukan Jokowi di Kepulauan Tanimbar. Ia berharap dengan adanya BLT BBM itu bisa menjaga daya beli masyarakat.

"Kita harapkan dengan suntikan BLT BBM ini daya beli masyarakat bisa terjaga dengan baik."

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah tidak memiliki pilihan lain, selain menaikkan harga BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Solar. Kondisi harga minyak mentah dunia yang terus naik kata Luhut menjadi faktor utama pertimbangan pemerintah dalam menyesuaikan harga jual BBM di dalam negeri.

"Masih tingginya harga minyak mentah dunia mendorong meningkatnya gap harga keekonomian dan harga jual Pertalite dan Solar. Ini memang kita tidak ada pilihan, seluruh dunia seperti ini," kata Luhut dalam acara Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah secara hibrid pada Selasa (30/8/2022).

Apalagi, anggaran subsidi energi dan kompensasi saat ini telah menyentuh Rp502 triliun, dan sebagian besar penikmat anggaran subsidinya merupakan kelompok masyarakat mampu.

Baca Juga: Harga BBM Akan Naik, Hyundai: Potensi Mobil Listrik Semakin Besar

"Kan kalau subsidi ini bisa kita kurangi dan kita alihkan kepada kegiatan-kegiatan lain itu akan lebih bagus," ucap Luhut.

Pun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah akan mulai memberikan bantalan sosial tambahan sebagai bentuk pengalihan subsidi BBM sebesar Rp24,17 triliun. Bantalan sosial tambahan ini akan diberikan kepada 20,65 juta kelompok atau keluarga penerima manfaat dalam bentuk bantuan langsung tunai pengalihan subsidi BBM sebesar Rp12,4 triliun.

"Jadi 20,65 juta kelompok atau keluarga penerima manfaat yang akan mendapatkan anggaran sebesar 12,4 triliun rupiah yang akan mulai dibayarkan oleh ibu mensos 150 ribu selama 4 kali," kata Sri Mulyani dalam konferensi persnya di Istana Negara, Jakarta, Senin (29/8/2022).

Harga Minyak Dunia Anjlok

Sementara itu, harga minyak dunia malah anjlok lagi. Bahkan, turun lebih dari 3 persen pada perdagangan Kamis (1/9/2022). Mengutip CNBC pada Jumat (2/9/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot USD3,28 atau 3,4 persen menjadi USD92,36 per barel.

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut USD2,94, atau 3,3 persen menjadi USD86,61 per barel.

"Permintaan minyak dunia, dari Barat, serta China, stagnan, sementara pasokan meningkat secara bertahap, sebagian besar didukung lonjakan shale-oil Amerika," kata analis Julius Baer, Norbert Rucker.

Sementara itu, volatilitas pasar minyak meningkat tahun ini di tengah kekhawatiran tentang pasokan yang tidak memadai dalam beberapa bulan setelah Rusia mengirim pasukan militer ke Ukraina, dan OPEC berjuang mendongkrak output.

Produksi OPEC mencapai 29,6 juta barel per hari (bph) dalam bulan terakhir, menurut survei Reuters, sementara output Amerikan melesat menjadi 11,82 juta bph pada Juni. Keduanya berada di level tertinggi sejak April 2020. (Ria Rizki, M Fadil Djailani)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI