Suara.com - Baru-baru ini Pemerintah Indonesia dikabarkan akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar Subsidi. Hal ini menyebabkan Panic Buying di masyarakat. Apa itu Panic Buying?
Kabar kenaikan harga BBM subsidi tersebut membuat sejumlah masyarakat berbondong-bondong menuju ke SPBU untuk membeli BBM sehingga menyebabkan antrean panjang di sejumlah daerah. Tak sedikit dari mereka membeli dalam jumlah yang banyak karena khawatir akan kenaikan harga, meskipun harganya belum ditetapkan secara resmi sehingga menimbulkan panic buying.
Untuk tahu tentang apa itu panic buying, simak berikut definisi, penyebab dan contoh peristiwa yang terjadi di Indonesia.
Panic buying adalah perilaku pembelian secara berlebihan atau penimbunan terhadap suatu barang didasari karena rasa panik dan takut yang berlebih. Tindakan membeli suatu produk atau komoditas tertentu dalam jumlah yang besar ini disebabkan karena ketakutan secara tiba-tiba akan kekurangan ataupun kenaikan harga terhadap barang tersebut.
Pada umumnya, Panic buying terjadi untuk mengantisipasi terjadinya suatu bencana ataupun setelah terjadinya suatu bencana. Panic buying atau disebut juga dengan pembelian karena panik dapat dikaitkan dengan pendapatan yang cenderung lebij tinggi, adanya anak-anak di rumah tangga, depresi serta kecemasan akan kematian, dan ketidakpercayaan dari orang lain atau paranoia.
Penimbunan beberapa barang-barang penting belum banyak ditemukan pada awal abad ke-20. Saat flu Spanyol tiba di Inggris dan setelah Perang Dunia Pertama, orang-orang mulau panik dan bergegas untuk membeli kina serta obat-obatan lain sehingha menyebabkan ancaman kekurangan bahan tersebut pada tahun 1918.
Nah sejak saat itulah, menurut pengamatan berulang kali selama terjadinya krisis, panic buying akan lebih sering terjadi di negara maju dan industri. Di mana orang-orang bersamsumsi jika mereka dapat mengakses makanan dan barang-barang penting dengan mudah di supermarket.
Baca Juga: Bukan 1 September! Presiden Jokowi Sebut Masih Kalkulasi Kenaikan Harga BBM Subsidi Secara Hati-hati
Terjadinya fenomena panic buying dapat didorong oleh rasa ketakutan dan keinginan untuk berusaha keras untuk memadamkan rasa ketakutan itu. Seperti halnya antrian berjam-jam atau membeli dengan jumlah jauh lebih banyak dari yang Anda butuhkan. Panic buying menolong orang-orang sehingga mereka merasa dapat mengontrol situasi, menutut para ahli.
Melansir dari BBC, terjadinya panic buying juga dapat dikatakan sebagai suatu mekanisme alami yang dilakukan oleh manusia untuk dapat merespon keadaan darurat yang terjadi disekitarnya. Sehingga daat manusia merasa tidak memiliki kontrol atas apa yang telah terjadi di sekelilingnya, maka mereka akan terus berupaya untuk memiliki kendali.
Hal ini sejalan dengan apa yang tengah terjadi saat ini. Kabar kenaikan sejumlah barang-barang pokok dan meningkatnya jumlah kebutuhan membuat banyak orang tidak memiliki kendali atas kenaikan ini. Olah karena itu beberapa orang berupaya untuk mendapatkan barang-barang tersebut sebelum harganya naik.
Fenomena panic buying kerap kali terjadi di Indonesia. Berikut ini beberapa peristiwa panic buying yang pernah terjadi di Indonesia:
1. Merebaknya virus corona beberapa waktu lalu di sejumlah tempat menyebabkan banyak orang tidak mempunyai kendali untuk menghentikan terjadinya infeksi virus. Oleh karena itu, sejumlah orang berusaha untuk mencegah dengan menggunakan masker dan pemakaian handsanitizer.
Hal ini kemudian menguak mengapa jumlah permintaan terhadap dua barang itu langsung melonjak dan mengalami kelangkaan stok serta kenaikan harga pada saat itu.
2. Saat terjadinya pandemi Covid-19 tak hanya masker dan hand sanitizer yang mengalami kelangkaan. Susu beruang bear brand pun juga mengalami kelangkaan di pasaran. Hal ini diakibatkan karena beberapa orang mengklaim jika mengonsumsi susu beruang ini dapat membantu proses pemulihan kondisi tubuh saat terkena virus Covid-19.
Hal inilah yangbmenyebabkan banyak masyarakat menstok susu beruang hingga mengalami kelangkaan di pasaran akibat dari jumlah permintaan lebih banyak dari jumlah produksi. Namun sebenarnya susu merk ini tidak dapat menyembuhkan Covid-19 karena tidak pernah ada penelitian yang menyebutkannya.
3. Panic buying juga dialami masyarakat Indonesia ketika Kementerian Perdagangan menyesuaikan harga minyak goreng. Peningkatan harga minyak goreng ini berkaitan dengan harga minyak di tingkat global.
Peningkatan di tingkat global memengaruhi hatga minyak di ranah domestik serta akan mendorong produksi untuk ekspor sehingga dapat terjadi kelangkaan di domestik.
4. Terbaru, masyarakat kembali mengalami panic buying ketika isu pemerintah akan menaikkan harga BBM subsidi per 1 September 2022. Sebelum resmi ditetapkan harga terbarunya, masyarakat berbondong-bondong untuk mengisi BBM di SPBU sejak Rabu, 31 Aguatus 2022 hingga menyebabkan antrean yang panjang sejumlah daerah.
Demikian tadi ulasan mengenai apa itu panic buying? Definisi, penyebab dan contoh peristiwa yang terjadi. Sebenarnya kita bisa mencegah ternyadinya panic buying ini ketika kita dapat menyesuaikan dengan jumlah kebutuhan kita sehari-hari.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari