Suara.com - Tiffanie Turnbull
BBC News, Sydney
21 tahun lalu, wartawan Hedley Thomas berjalan keluar dari kantor polisi Sydney sambil terbelalak. Dia tersentak oleh betapa absurd dan tidak adilnya kasus Lynette Dawson, ibu dua anak yang menghilang tanpa jejak pada 1982.
Seorang ibu muda yang mendedikasikan hidupnya untuk putrinya disebut sebagai perempuan yang tidak peduli pada anak, kabur begitu saja Sementara suaminya menjalin hubungan luar biasa dengan seorang murid perempuan yang usianya separuh umur istrinya, papar Thomas kepada stasiun televisi Australia, Seven.
Baca Juga: Isi Laporan Investigasi Pembunuhan Brigadir J dari Komnas HAM
Kala itu, hanya sedikit orang yang mendengar kasus Lynette Dawson. Namun, Thomas bertekad menelusuri kasus tersebut yang belakangan membuat publik Australia mengenal nama perempuan itu.
Puncaknya terjadi pada Selasa (30/8), ketika suami Lynette, Chris Dawson, diputuskan bersalah atas pembunuhan istrinya.
Baca juga:
Wartawan Hedley Thomas semakin takjub ketika dia menggali kasus Lynette lebih dalam.
Lynette disebut pergi dari rumah dengan hanya berbekal beberapa stel pakaian. Dia tidak membawa koper, perhiasan, atau bahkan lensa kontaknya. Padahal, dia tidak punya pekerjaan, mobil, dan uang.
Baca Juga: Ini Hasil Kesimpulan dan Rekomendasi Komnas HAM Kasus Pembunuhan Brigadir J
Sejak pergi, perempuan tersebut tidak menghubungi siapapun, kecuali suaminya yang mengkhianati dan mempermalukannya. Tubuhnya tidak pernah ditemukan dan kasus tersebut dilandaskan pada bukti sementara.
Itu benar-benar tidak masuk akal. Jika terjadi saat ini, publik akan bisa melihat kejanggalannya, kata Hedley Thomas kepada Australian Broadcasting Corporation.
Kejanggalan itulah yang dilihat Hakim Ian Harrison di Mahkamah Agung New South Wales, 40 tahun setelah Lynette menghilang. Sang hakim berkesimpulan Chris Dawson yang tergila-gila pada muridnya yang masih berusia 16 tahun telah membunuh Lynette.
Murid tersebut berinisial JC dan baru berusia 16 tahun ketika Chris Dawson mulai mendekatinya, menurut rincian yang dihadirkan dalam persidangan dan melalui podcast investigasi pada 2018 berjudul The Teacher's Pet.
Baca juga:
- Ketika kasus pembunuhan yang mandek selama 30 tahun akhirnya terpecahkan berkat tes DNA
- Korban pemerkosaan massal dan saksi pembunuhan: 'Menyakitkan melihat para pemerkosa saya dibebaskan'
Chris awalnya memperkerjakan JC sebagai pengasuh anak di rumahnya. Namun, menurut kesaksian remaja perempuan itu dalam persidangan, Chris dan dirinya rutin berhubungan seks di rumah tanpa sepengetahuan Lynette.
Chris Dawson sedemikian terobsesi dengan JC sampai-sampai dia menginginkan remaja tersebut sebagai pengganti Lynette, sebagaimana dipaparkan Hakim Ian Harrison.
Bahkan, selang tiga hari setelah Lynette menghilang, JC menetap di rumah Chris Dawson.
Podcast investigasi
Meski pertama kali mendengar kasus Lynette pada 2001, wartawan Hedley Thomas baru mulai menggalinya lebih dari 15 tahun kemudian.
Saat itu, dua penyelidikan resmi telah merekomendasikan agar orang yang dikenal digugat atas pembunuhan Lynette. Namun, pihak kejaksaan menolak dengan alasan tidak cukup bukti.
Wartawan Hedley Thomas kemudian mulai mewawancarai teman-teman, keluarga, dan tetangga Lynette. Murid remaja yang belakangan menjadi istri kedua Chris Dawson, alias JC, juga tak luput diwawancarai.
Thomas pun mewawancarai polisi senior yang terlibat dalam investigasi kasus Lynette, komisioner kepolisian Negara Bagian New South Wales, serta penyelidik kasus Lynette.
Rangkaian wawancara itu dirangkai untuk kemudian menjadi podcast surat kabar The Australian bertajuk The Teacher's Pet.
Dalam siniar tersebut, Thomas membahas perselingkuhan Chris Dawson, klaim-klaim mengenai KDRT terhadap Lynette, dan tuduhan bahwa Chris sempat mempertimbangkan untuk menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh istrinya.
Dipaparkan pula pernyataan Chris Dawson yang berubah-ubah, penggambaran Chris sebagai pembunuh, serta spekulasi bahwa Chris mungkin telah membuang jasad istrinya.
Saat dirilis pada 2018, podcast yang diproduseri Slade Gibson itu sukses besar.
Serial itu memenangi penghargaan tertinggi jurnalisme Australia dan telah diunduh lebih dari 60 juta kali sehingga memuncaki peringkat podcast terlaris di dunia.
Apalagi dalam beberapa bulan sejak podcast itu dirilis, Chris Dawson akhirnya digugat.
Banyak pihak lantas memuji podcast garapan Hedley Thomas mengingat Kepolisian Australia menyelidiki kasus Lynette selama bertahun-tahun tapi tidak berhasil membawanya ke pengadilan.
Pada sidang putusan, Selasa (30/8), adik Lynette, Greg Simms, berterima kasih kepada Hedley Thomas karena telah memberikan suara kepada mendiang Lynette seraya berharap nama mendiang dibersihkan mengingat dia disebut kabur meninggalkan keluarga.
Mendiang mencintai keluarganya dan tidak pernah meninggalkan mereka atas kemauan sendiri. Kepercayaannya justru dikhianati oleh pria yang dia cintai, kata Simms.
Jalannya persidangan
Akan tetapi, siniar yang mengangkat kasus Lynette justru dianggap berisiko membuat dakwaan terhadap Chris Dawson digugurkan.
Pengacara Dawson berargumen - sampai ke Pengadilan Tinggi - agar kasus itu dibatalkan. Mereka berdalih Chris Dawson tidak mungkin bisa disidang secara adil karena podcast bertajuk The Teacher's Pet.
Pengadilan mengakui podcast The Teacher's Pet memang bermasalah karena beberapa alasan, kata Profesor Jeremy Gans dari Melbourne Law School.
Pertama, siniar tersebut menyiarkan berbagai konten - serta spekulasi - yang tidak akan diizinkan sebagai bukti dalam persidangan kasus pembunuhan.
Ada pula kekhawatiran kehebohan seputar podcast akan membuat calon juri bersikap bias dan mencemari pemaparan para saksi.
Faktor lainnya, Hedley Thomas bekerja sama baik dengan polisi, sehingga kekhawatiran timbul bahwa sang wartawan telah mempengaruhi penuntutan.
Elemen terpenting adalah apa yang disebut Hakim Harrison pada Selasa (30/8) sebagai pendekatan "kurang seimbang" dari Thomas terhadap kasus tersebut.
"Hakim berpandangan bahwa Hedley Thomas tidak hanya menjadi seorang reporter... Dia mendorong narasi dan sangat ingin meyakinkan semua orang, termasuk jaksa, tentang kesalahan Chris Dawson," kata Profesor Gans.
"Beberapa orang mengatakan dia tidak tertarik pada asas praduga tak bersalah, mereka mempertanyakan etikanya, dan segala macam hal."
Thomas menyebut sejumlah kritik yang diarahkan padanya tidak adil. Namun, atas saran jaksa, surat kabar The Australian menghapus podcast The Teacher's Pet sebelum persidangan.
Pengadilan kemudian menunda persidangan, berharap penghapusan podcast akan memberi waktu untuk meredakan spekulasi seputar kasus tersebut. Dawson lantas diadili hakim tunggal, bukan juri.
Kedua hasil tersebut tidak ideal, kata Prof Gans.
Selama penundaan, sejumlah saksi potensial meninggal.
Baca juga:
Misteri kematian Marilyn Monroe setelah 60 tahun Kondisi seputar kematiannya sengaja ditutupi
Menurut Profesor Gans, persidangan di hadapan hakim tunggal cenderung tidak berakhir dengan putusan bersalah - hakim, tidak seperti juri, harus menjelaskan alasan mereka dan cenderung memiliki definisi lebih ketat tentang apa yang bisa disebut keraguan masuk akal.
"Fakta bahwa hakim tidak perlu memberikan alasan ketika pengadilan menghadirkan panel juri, berarti hakim lebih mengandalkan naluri," kata Prof Gans.
"Saya selalu berpikir bahwa juri kemungkinan akan memutus bersalah dalam kasus ini, tetapi hakim sangat tidak mungkin untuk memutus bersalah."
Saat hakim memutus Dawson bersalah, Profesor Gans mengaku terkejut.
Namun, tambahnya, vonis semacam ini seringkali lebih mudah untuk digugat dengan pengajuan banding.
"Anda punya alasan untuk menyerang, dan Dawson mendapatkan keuntungan itu sekarang."
Para pengacara pembela Dawson telah mengindikasikan bahwa klien mereka kemungkinan akan mengajukan banding.
Pada akhirnya, Hakim Harrison mendapati bahwa siniar garapan Thomas "mungkin secara keseluruhan atau sebagian telah benar-benar menghilangkan kegunaan beberapa bukti". Dia juga mengabaikan banyak informasi baru yang diungkap podcast.
Vonis adalah kelegaan luar biasa
Idealnya, dalam "skenario terbaik", serial yang membahas kasus-kasus kejahatan telah memecahkan kasus-kasus yang sejak lama tidak terungkap, membebaskan orang-orang yang dipenjarakan secara salah, serta menyingkap pelanggaran oleh penyelidik dan jaksa, kata Profesor Gans.
Dan itulah yang diklaim Thomas telah dia lakukan.
"Pemikiran bahwa sistem peradilan hukum [dan] pidana dapat mengatasi [kasus] ini dan tidak melewatkan apa pun adalah kebohongan - itu bohong," katanya kepada The Australian.
"Selalu ada lebih banyak materi, lebih banyak saksi yang bisa Anda ajak bicara, lebih banyak bukti yang bisa dikumpulkan. Tujuan utama saya dengan podcast ini adalah untuk menyelesaikan kasus kejahatan."
Dia mengaku vonis pada Selasa (30/8) adalah "kelegaan luar biasa".
"Ketika palu akhirnya jatuh pada Chris Dawson dan dia dinyatakan bersalah oleh hakim, itu adalah momen yang kuat," katanya kepada stasiun televisi Seven.
"Dia telah membuat skenario, memanipulasi, dan berbohong selama setidaknya 40 tahun. Saya berharap dia dihukum secara layak untuk itu."
Chris Dawson akan menghadapi sidang hukuman pada 11 November 2022.