Suara.com - Mantan perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, 97 tahun, harus kembali menjalani perawatan di rumah sakit setelah positif Covid-19, menurut keterangan kantornya, Rabu (31/08).
"Mahathir dirawat di National Heart Institute untuk observasi dalam beberapa hari ke depan seperti yang disarankan oleh tim medis," kata pernyataan tersebut tanpa memberikan keterangan rinci mengenai gejala dan kondisinya.
Pria yang mendominasi politik Malaysia ini juga memiliki riwayat masalah jantung. Dia pernah mengalami serangan jantung dan operasi bypass jantung.
Mahathir sudah mendapat tiga dosis vaksin Covid-19. Dosis terakhir pada November 2021.
Baca Juga: Mahathir Mohamad Dikabarkan Masuk Rumah Sakit Akibat Terpapar Virus Corona
Ia sempat dirawat di National Heart Institute akhir Desember tahun lalu untuk "pemeriksaan medis lengkap dan observasi lebih lanjut" sebelum menjalani prosedur medis elektif pada 8 Januari tahun ini. Kemudian, masuk lagi ke rumah sakit pada akhir Januari untuk menjalani satu bulan perawatan.
'Ini sebuah keajaiban'
Pada Maret, ia mengungkapkan perawatan itu mungkin tak akan berhasil menyelamatkannya.
"Bagi saya, ini sebuah keajaiban. Saya tidak berharap untuk hidup, saya berharap saya akan mati karena saya sudah tua, dan juga menderita penyakit yang serius yang mempengaruhi... jantung saya.
"Ketika jantung lemah, itu mempengaruhi paru-paru, dan ketika paru-paru lemah, ini mempengaruh ginjal dan sebagainya.
"Tapi entah bagaimana, para tokter membalikkan keadaan saya, dan akhirnya saya dipulangkan, dan saya cukup sehat - tidak 100%, tetapi cukup bagi saya untuk melanjutkan pekerjaan kecil yang harus saya lakukan," katanya seperti dikutip Straitstimes.
Pada Februari 2020, surat pengunduran diri Perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohamad yang disampaikan kepada Raja Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah, mengejutkan banyak orang.
Pengunduran diri ini terjadi di tengah desas desus bahwa ia mungkin membentuk koalisi baru tanpa pengganti yang sebelumnya ia tunjuk, Anwar Ibrahim.
Raja menunjuk Mahathir sebagai perdana menteri sementara sampai dibentuk pemerintahan baru.
Mahathir yang saat itu berusia 94 tahun merupakan perdana menteri tertua di dunia.
Ia mulai berkuasa pada tahun 2018 lewat pemilu, mengalahkan partai partai United Malays National Organisation (UMNO), pimpinan Najib Razak.
Mahathir pernah pensiun dari jabatan sebagai Perdana Menteri pada tahun 2003, setelah 22 tahun memimpin.
Baca juga:
- Mahathir Mohamad ditunjuk sebagai PM sementara Malaysia setelah sempat serahkan surat pengunduran diri
- Mahathir Mohamad berjanji serahkan kekuasaan Malaysia kepada Anwar Ibrahim setelah APEC 2020
- Pemilu Malaysia: Bisakah Mahathir Mohamad berkuasa lagi?
Namun ia menghakhiri masa pensiun itu untuk memperbaiki apa yang disebutnya "kesalahan terbesar dalam hidup saya" - yaitu mendukung naiknya Najib Razak sebagai perdana menteri Malaysia.
Setelah berselisih dengan Najib serta partai UMNO yang saat itu berkuasa, ia kemudian memimpin lawan politik lamanya, koalisi oposisi Pakatan Harapan yang dipimpin Wan Azizah Wan Ismail, istri dari Anwar Ibrahim.
Sebelum pemilu, Mahatir mengatakan dia bermaksud menjadi perdana menteri selama dua tahun, sebelum kemudian menyerahkan jabatan itu ke Anwar Ibrahim.
Tidak bermanis-manis
Dorongan politik dan semangat juang Mahathir untuk menggulingkan koalisi yang berkuasa - bagi sebagian orang tugas ini mustahil - tidak mengejutkan rakyat Malaysia.
Mahathir bergabung dengan UMNO pada usia 21 tahun dan membuka praktek sebagai dokter selama tujuh tahun di negara bagian Kedah sebelum menjadi anggota parlemen pada tahun 1964.
Pada tahun 1969, ia kehilangan kursinya dan dikeluarkan dari partai setelah menulis surat terbuka yang menyerang Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman yang berkuasa saat itu.
Dia kemudian menulis buku kontroversial berjudul The Malay Dilemma.
Dalam buku itu, ia berpendapat bahwa populasi Melayu di negara itu telah dipinggirkan, tetapi juga mengkritisi mereka karena secara apatis menerima status kelas dua.
Buku itu mendatangkan simpati dari para pemimpin muda UMNO dan dia diundang kembali ke partai, terpilih kembali pada pemilu parlemen tahun 1974, dan ditunjuk sebagai menteri pendidikan.
Dalam empat tahun, ia menjadi wakil ketua UMNO dan, pada tahun 1981, ia menjadi perdana menteri.
Di bawah pemerintahannya, Malaysia menjadi salah satu kekuatan ekonomi Asia tahun 1990-an.
Proyek bergengsi seperti pembangunan Menara Kembar Petronas memperlihatkan ambisinya yang tinggi.
Kebijakannya yang otoriter dan pragmatis membuatnya mendapatkan dukungan rakyat Malaysia, meskipun ini tecemar oleh kurangnya penghargaan terhadap hak asasi manusia.
Tonjokan terhadap demokrasi
Di bawah Mahathir, politisi oposisi dipenjara tanpa pengadilan di bawah Internal Security Act (ISA) yang banyak mendapat kritik.
Yang paling buruk, wakil Perdana Menteri Anwar Ibrahim dipecat dengan tuduhan melakukan korupsi dan sodomi lalu dipenjara dengan tuduhan sodomi.
Ketika itu Anwar sedang mengusulkan adanya reformasi ekonomi dan politik di tahun 1998.
Komentar Mahathir yang "berduri" tentang negara Barat juga membuatnya punya reputasi besar di luar negeri.
Beberapa hari sebelum mengundurkan diri tahun 2003 ia membuat marah beberapa negara Barat dan kelompok Yahudi karena pernyataan bahwa kelompok rahasia Yahudi "menguasai dunia".
Ia menyatakan mengundurkan diri karena "kecewa karena saya hanya berhasil sedikit saja menjalankan tugas utama saya mengangkat ras saya menjadi ras yang sukses, ras yang dihormati".
Obat yang pahit
Bahkan ketika pensiun, ia tak pernah meninggalkan arena politik.
Ia mengkritik secara terbuka penggantinya, Abdullah Badawi.
Sesudah hasil pemilu yang mengecewakan bagi koalisi partai berkuasa di tahun 2008, Mahathir meninggalkan partai dan ini ditafsirkan banyak orang adalah tekanan agar Badawi mengundurkan diri.
Langkah ini memberi jalan bagi Najib Razak untuk berkuasa.
Mahathir awalnya mendukung Najib. Namun ini segera berubah ketika muncul tuduhan bahwa Najib melakukan korupsi besar melalui lembaga investasi negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
Mahathir berhasil mengumpulkan dukungan besar di dalam UMNO untuk menekan Najib dari dalam partai dan pemerintahan.
Ketika tekanan ini mandek, ia dan beberapa petinggi UMNO mengundurkan diri dan berpindah ke partai oposisi tahun 2016.
Januari 2018 ia mengumumkan niatnya untuk ikut pemilu di usia 92 tahun.
Pada tanggal 9 Mei, Mahathir menang dalam pemilu bersejarah, menyingkirkan bekas sekutunya yang telah berkuasa di Malaysia lebih dari 60 tahun.
Manipulator ulung
Menurut wartawan BBC di Asia Tenggara Jonathan Head, hingga kini Mahathir Mohammad adalah manipulator ulung di Malaysia.
Ketika dua tahun lalu ia kembali ke politik setelah mengumumkan pensiun, apakah ia sungguh-sungguh tulus berniat untuk menyerahkan kekuasaan kepada Anwar Ibrahim?
Menurut Jonathan, Mahathir pernah secara terbuka menyangsikan kemampuan Anwar - yang pernah jadi anak didiknya - memimpin koalisi politik yang heterogen di Malaysia.
Etnis Malaysia yang mendukung Mahathir dalam Pemilu 2018, kini mengayun kembali ke UMNO sekalipun apakah Mahathir masih memegang kuasa di UMNO belum terlalu jelas, tambah Jonathan.
Jika itu yang terjadi, maka kekuatan reformasi di Malaysia yang terkenal penuh patronase, akan kehilangan momentum.
'Aktor nomor satu': Apakah sang dokter paling tahu segalanya?
Ketika Mahathir mengakui ia melakukan banyak kesalahan dan minta maaf - secara khusus karena memecat Anwar Ibrahim - banyak orang terkejut dibuatnya.
Najib Razak sendiri mengkritik Mahathir untuk pemihakan politiknya yang baru.
Ia menyebut Mahathir sebagai "aktor nomor satu" di Malaysia karena berbaikan dengan Anwar Ibrahim.
Kata Najib, "Saya sampai menggeleng-gelengkan kepala karena tak percaya melihat kelakukannya yang konyol".
Sedangkan Abdullah Badawi dalam bukunya menggambarkan Mahathir sebagai orang yang "selalu teguh hati dengan pilihannya. Dan baginya, itu merupakan satu-satunya jalan".