Kondang dengan Semboyan "Glasnost", Mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev Meninggal Dunia

Rabu, 31 Agustus 2022 | 06:26 WIB
Kondang dengan Semboyan "Glasnost", Mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev Meninggal Dunia
Mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev [Itar TASS via ANTARA]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - "Mikhail Gorbachev berpulang malam ini setelah mengidap penyakit menahun yang serius," demikian disebutkan kantor berita Interfax, mengutip pernyataan dari Rumah Sakit Klinik Pusat Rusia, serta dikutip kantor berita Antara dari Reuters.

Mikhail Gorbachev adalah mantan Presiden Uni Soviet yang meninggal dunia dalam usia 91 tahun pada Selasa (30/8/2022).

Beberapa hal yang dikenang dari suami Raisa Gorbachev ini adalah semboyannya "Glasnost", dari bahasa Rusia yang berarti keterbukaan. Sebuah sikap reformasi dan transparansi, termasuk kepada Dunia Barat.

Saat itu tengah terjadi Cold War atau Perang Dingin dengan Pakta Barat, dan sebagai Kepala Negara Uni Soviet, beliau mampu mengakhiri tanpa pertumpahan darah. Sayangnya, keruntuhan Uni Soviet tidak bisa dicegah.

Baca Juga: Pasar Truk Komersial Membaik, Hino Bukukan 1.127 SPK dalam Perhelatan GIIAS 2022

Di bawah kepemimpinannya, Uni Soviet mencapai kesepakatan pengurangan senjata dengan Amerika Serikat dan kemitraan dengan kekuatan Barat.

Kesepakatan itu mengakhiri kebijakan Tirai Besi yang memisahkan negara-negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua dan membawa reunifikasi Jerman.

Mikhail Gorbachev akan dimakamkan di Permakaman Novodevichy di Moskow, bersebelahan dengan makam istrinya yang wafat pada 1999, demikian dikutip kantor berita Rusia, Tass, dari seorang sumber yang dekat dengan keluarga Gorbachev.

Saat menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis Soviet pada 1985, Mikhail Gorbachev mulai merevitalisasi sistem dengan memperkenalkan kebebasan politik dan ekonomi secara terbatas. Akan tetapi, reformasinya itu berjalan di luar kendali.

Kebijakan glasnost mendorong kemunculan kritik terhadap partai dan negara, sesuatu yang sebelumnya tidak terpikirkan.

Baca Juga: Pemesanan Mobil Suzuki di GIIAS 2022 Tembus Seribu Unit, Didominasi XL7 dan Pendatang Baru

Dan kebijakan ini juga memicu keberanian kelompok nasionalis untuk mulai mendesak kemerdekaan di republik-republik Baltik, seperti Latvia, Lithuania, dan Estonia.

Ketika gelombang protes prodemokrasi melanda negara-negara komunis dalam blok Soviet di Eropa Timur pada 1989, Mikhail Gorbachev tidak menggunakan kekuatan untuk mengatasinya.

Sikapnya itu berbeda dengan para pemimpin Kremlin sebelumnya yang mengerahkan tank untuk menumpas pemberontakan di Hongaria pada 1965 dan Cekoslovakia pada 1968.

Lantas protes-protes tadi mendorong keinginan 15 republik yang tergabung dalam Uni Soviet untuk menjalankan pemerintahan sendiri.

Uni Soviet lalu terpecah selama dua tahun berikutnya setelah mengalami kekacauan dan Mikhail Gorbachev berjuang sia-sia mencegah keruntuhan itu.

Banyak orang Rusia sulit memaafkan Mikhail Gorbachev atas kekacauan yang muncul dari kebijakan reformasinya.

Menurut mereka, menurunnya standar hidup sejak itu, adalah harga yang terlalu mahal untuk membeli demokrasi.

Usai menjenguk Mikhail Gorbachev di rumah sakit pada 30 Juni 2022, ekonomi liberal Ruslan Grinberg mengatakan kepada media militer Zvezda,"Beliau memberi kita semua kebebasan, tetapi kita tidak tahu apa yang kita lakukan dengan hal itu."

Do svidaniya,  Mr President!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI