Pemerintah Pakistan mengumumkan keadaan darurat dan mengerahkan militer untuk menangani apa yang disebut sebagai "bencana skala epik". Musim hujan di Pakistan memang kerap membawa kehancuran karena menyebabkan banjir bandang. Namun di sisi lain, musim hujan ini sangat penting untuk mengairi tanaman dan mengisi danau.
Banjir bandang kali ini disebut setara dengan banjir yang terjadi pada 2010 lalu yang tercatat sebagai terburuk dalam sejarah Pakistan. Ketika itu lebih dari 2.000 orang meninggal dan seperlima wilayah negara Pakista terendam air.
4. Tak Ada WNI Jadi Korban Banjir Bandang
Kedutaan Besar RI di Islamabad dan Konsulat Jenderal RI di Karachi mengungkap tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban bencana banjir bandang di Pakistan.
Walau begitu, mereka mengimbau pada WNI di Pakistan untuk selalu tanggap dan waspada serta memantau informasi yang disampaikan NDMA dan Departemen Meteorologi Pakistan (PMD).
Menurut catatan KBRI Islamabad, WNI di Pakistan berjumlah 1.267 orang. Mereka mayoritas bertempat tinggal di Islamabad, Lahore, Karachi, Rawalpindi, Sialkot, Gujrat dan Peshawar.
Bagi WNI di Pakistan yang membutuhkan informasi atau bantuan lebih lanjut, dapat menghubungi hotline KBRI Islamabad pada nomor +92 345 8571989 dan hotline KJRI Karachi pada nomor +92 300 0340346.
5. Setengah Juta Orang Mengungsi
Hampir setengah juta orang di Pakistan memadati kamp-kamp pengungsian setelah kehilangan rumah mereka dalam banjir dahsyat.
Baca Juga: Jalan Lintas Bengkulu Ditutup Akibat Banjir, Kendaraan Lintas Sumatera Dialihkan ke Jalur Ini
Menteri Urusan Perubahan Iklim Pakistan Sherry Rehman, pada Senin (29/8/2022) waktu setempat, mengingatkan Pakistan berada di “garis depan” krisis iklim dunia setelah musim hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya menyelimuti negara itu sejak pertengahan Juni lalu. Lebih dari 1.130 orang telah meninggal dunia akibat bencana tersebut.