Demi meminimalkan kemungkinan kebakaran, dia mengimbau warga kembali mengecek kembali instalasi listrik di rumah masing-masing agar dipastikan sudah sesuai degan ketentuan kelistrikan yang berlaku.
"Peralatannya juga apakah memenuhi standar yang ditentukan, yakni SNI. Hindari beli peralatan yang tidak sesuai," katanya.
Menurut dia, masih banyak peralatan yang harga murah tetapi kualitasnya diragukan dan tidak standar. "Karena kita tahu juga banyak peralatan kelistrikan yang dijual di pasar malam yang Rp10 ribu dapat 3, yang kita nggak tahu standarnya seperti apa?,” katanya.
Berdasarkan data yang dihimpun, Satriadi menjelaskan, selama lima tahun terakhir (2018-2022) kebakaran di Jakarta sudah terjadi 8.004 kejadian.
Yang terbanyak terjadi pada 2019 dengan jumlah 2.161 kejadian, 2018 sebanyak 1.751, 2021 sebanyak 1.532, 2020 sebanyak 1.501 dan 2022 sebanyak 1.059.
Untuk penyebab kebakaran selama lima tahun terakhir, dari 8.004 kebakaran, yang disebabkan "korsleting" sebanyak 4.829 kejadian (60 persen), kemudian karena penyebab lainnya sebanyak 1.180 kejadian (14 persen).
Sedangkan akibat membakar sampah sebanyak 859 kejadian (10,7 persen), gas sebanyak 804 kejadian (10,4 persen), rokok sebanyak 295 kejadian (3 persen) dan akibat lilin sebanyak 37 kejadian (0,4 persen). [Antara]