Suara.com - Sebuah tayangan video wawancara Jokowi bersama Karni Ilyas dalam rangka HUT ke-77 RI menjadi perbincangan hangat masyarakat. Wawancara tersebut menyinggung tentang kebebasan berbicara, yang diunggah di akun resmi Presiden Jokowi.
Pada potongan video wawancara tersebut, salah satu data yang sempat disinggung oleh Karni yakni hasil survei yang menganggap kebebasan berbicara masyarakat dinilai masih kurang.
Hal tersebut memicu pro kontra dalam masyarakat. Berikut beberapa fakta mengenai peristiwa tersebut:
Jokowi jawab santai dengan pernyataan Karni Ilyas
Baca Juga: Kota Bandung Siap Gelar MUSRA, Fokus Capres 2024 Pilihan Rakyat Jabar
Jokowi menjawab pertanyaan soal kurangnya kebebasan berbicara menurut survei dengan santai namun tetap menunjukkan ketegasan. Ia menyinggung soal ujaran kebencian yang selalu diterimanya sebagai seorang presiden.
"Orang memaki-maki presiden, orang menghina presiden, orang mengejek presiden. Orang mencemooh presiden juga tiap hari kita dengar. Orang mendungu-dungukan presiden juga. Kita tiap hari dengar, kita lihat. Biasa aja," kata Jokowi.
Jokowi menganggap demokrasi sudah sangat liberal
Menurut Presiden Jokowi, demokrasi di Indonesia sudah sangat liberal. Ia juga menyinggung sikap liberal orang Indonesia yang juga terkenal dengan kesantunan dan tata krama yang baik.
"Mau seperti apa lagi yang kita inginkan. Demokrasi (di Indonesia) liberal sekali menurut saya," kata orang nomor satu di Indonesia ini.
Baca Juga: Bahtera Alam Singgung Pemerintah Daerah Belum Maksimal Lindungi Masyarakat Adat
"Meski kita orang Timur yang penuh kesantunan, yang penuh dengan etika dan tata krama yang baik, sekarang menurut saya kita sangat liberal sekali. Apa Pak Karni tidak lihat," lanjut Jokowi.
Karni Ilyas menyinggung tentang 3 periode
Karni Ilyas sempat menyinggung tentang apakah Jokowi akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden untuk ketiga kalinya pada Pilpres 2024. Ia juga membahas mengenai wacana tersebut yang terus muncul dari suara-suara sukarelawan.
“Berkaitan dengan itu, bapak sebenarnya sudah berapa kali ya menegaskan. Gak ada tuh 3 periode. Kenapa sukarelawan bapak masih kampanyenya perpanjanganlah 3 kali lah,” tanya Karni Ilyas.
Menjawab itu, Presiden Jokowi menyebut bahwa seruan itu tidak bisa dilarang karena merupakan bentuk demokrasi dan kebebasan berbicara. Terpenting, menurutnya, masyarakat tidak sampai berbuat anarkis.
“Ya menurut saya boleh-boleh saja. Itu kan juga sebuah bentuk demokrasi. Tatarannya juga baru wacana. Orang boleh juga menyampaikan Jokowi mundur. Ganti Presiden juga boleh," jawab Jokowi.
"Masak orang mewacanakan begitu gak boleh. Ini katanya Demokrasi. Yang paling penting jangan anarkis," tandasnya.
Ditanggapi oleh salah satu musisi senior
Video wawancara tersebut bahkan ditanggapi oleh Addie MS. Melalui akun Twitternya, Addie bercerita bahwa dirinya lahir di era pemerintahan Presiden Soekarno.
Sepanjang hidupnya, ia belum pernah melihat ada presiden yang dihina sebanyak Jokowi, tetapi tetap tidak menangkap penghinanya.
"Aku lahir di era Bung Karno. Hidup di pemerintahan semua Presiden RI. Belum pernah menyaksikan Presiden RI dihina dan difitnah semasif yang dialami Presiden Jokowi tanpa ditangkap. Atau dihilangkan," tulis Addie.
Karena itu, Addie merasa heran jika ada orang bilang kebebasan berbicara masih kurang di era pemerintahan Presiden Jokowi.
"Tak habis pikir kalau ada yang masih menganggap 'Kebebasan bicara masih kurang'," tandas Addie.
Kontributor : Annisa Fianni Sisma