Presiden Jokowi Minta Jajaki Vaksin Covid-19 Buat Anak di Bawah 6 Tahun

Selasa, 23 Agustus 2022 | 17:53 WIB
Presiden Jokowi Minta Jajaki Vaksin Covid-19 Buat Anak di Bawah 6 Tahun
Presiden Joko Widodo menyampaikan arahan saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2022 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/8/2022). [ANTARA/Gilang Galiartha]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah meminta jajarannya untuk mulai menjajaki vaksin Covid-19 bagi anak usia di bawah 6 tahun. Perintah ini diberikan demi menjaga dan meningkatkan imunitas masyarakat Tanah Air dari bahaya virus corona.

Usulan Presiden Jokowi itu diungkapkan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi setelah Rapat Kabinet Terbatas terkait Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dipimpin Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta.

"Salah satu inisiatifnya adalah nanti Bapak Presiden minta vaksinasi untuk anak-anak di bawah enam tahun nanti kita akan mulai jajaki," ujar Budi Gunadi dalam keterangan pers, Selasa (23/8/2022).

"Sudah ada vaksinnya di dunia yang disetujui, vaksinasi pediatric namanya dan sedang kita jajaki," jelas Budi.

Baca Juga: Soal Covid-19, Menkes: Mutasi Virus Bikin Inangnya Susah Mati

Budi menjelaskan bahwa perintah Jokowi itu menjadi salah satu inisiatif yang mungkin dilakukan pemerintah dalam rangka menjaga tingkat imunitas 98,5 persen masyarakat dan kadar 2.000 unit per mililiter, sebagaimana hasil sero survei terkini pada Juli 2022.

Selain itu, pemerintah juga telah menyiapkan inisiatif kedua yaitu pemberian vaksin Covid-19 bagi kelompok lanjut usia, komorbid, serta mereka yang kadar imunitasnya sudah turun atau lebih dari enam bulan.

Sejumlah inisiatif itu disiapkan Pemerintah Indonesia agar masyarakat bisa menghadapi virus corona yang terus bermutasi dalam masa depan.

"Karena kita sudah tahu by name by address, nanti akan kita akan berikan alternatif vaksin yang ada. Agar bisa meningkatkan kadar imunitasnya demi menjaga level imunitas Indonesia untuk menghadapi, siap-siap di awal tahun depan kalau misalnya ada varian baru," jelas Budi.

Budi melanjutkan, potensi varian baru maupun mutasi Covid-19 mungkin terjadi karena kondisi kasus konfirmasi di beberapa negara seperti Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat yang berada di atas 100 ribu kasus per hari.

Baca Juga: Diperintahkan Jokowi Siapkan Vaksin Cacar Monyet, Menkes: Sedang OTW

Bahkan, khusus untuk Jepang, kasus konfirmasi positif virus corona di atas 200 ribu per hari.

Sementara itu, menurut keterangan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto , Indonesia saat ini mencatat kasus 7-days moving average dan berada di kisaran 4.683. Angka itu relatif lebih rendah dibandingkan mayoritas negara lain.

Menkes Budi pun mengingatkan bahwa keberhasilan Indonesia menekan laju kasus Covid-19 harian tersebut tidak lepas dari level imunitas masyarakat yang sudah tinggi berkat dua hal.

Pertama tingkat vaksinasi yang gencar dilakukan pada November 2021 sampai dengan Januari 2022. Kemudian yang kedua karena infeksi gelombang varian Omicron pada Februari-Maret 2022.

"Kombinasi vaksinasi di bulan November, Desember, Januari, dan infeksi di bulan Februari dan Maret, itu akibatkan di bulan Juni, Juli, dan Agustus kadar antibodi Indonesia itu tinggi sekali," papar Budi.

"Boleh dibilang saat gelombang (subvarian) BA.4 dan BA.5 masuk bisa dibilang kita tidak terganggu sama sekali," sambungnya.

Meski demikian, kata Budi, Indonesia sekarang tengah dihadapkan pada tantangan yang baru mungkin muncul enam bulan lagi. Karena itu, langkah paling utama adalah dengan menjaga level imunitas setinggi saat ini. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI