Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), peningkatan kasus COVID di dunia sekarang disebabkan oleh subvarian BA.5 dengan sekitar 70 persen kasus sampel yang ada.
Subvarian BA.5 ini lebih mudah menular dibandingkan varian Omicron yang pertama dan memiliki beberapa perbedaan genetik, yang tidak bisa ditangani oleh vaksin sebelumnya.
Para ilmuwan mengatakan terus berubahnya virus COVID tersebut akan membuat pabrik obat akan tertinggal satu langkah di belakang dalam usaha mereka mengembangkan vaksin.
Jonathan Ball, professor di bidang virus di University of Nottingham mengatakan vaksin Moderna terbaru ini akan masih bisa memberikan perlindungan walau virus akan terus berubah.
"Virus tidak akan diam saja, dan imunitas yang menyasar pada Omicron mungkin akan memaksa virus itu mencari jalan evolusi lain," katanya.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.