Suara.com - Beragam etnis Nusantara memenuhi halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah, hari ini, Senin (15/8/2022). Mereka datang mengenakan pakaian adat dan membawa hadiah berbagai makanan khas untuk Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.
Hari ini merupakan HUT ke-72 Provinsi Jateng.
"Saya senang, di Jawa Tengah ada banyak suku dan mereka berkenan untuk ikut berpartisipasi dengan kita semuanya. Tentu ini bagian yang sangat membahagiakan dan ini bagian dari kebersamaan kita," kata Ganjar, usai menjadi inspektur upacara peringatan HUT ke-72 Jawa Tengah.
Ia menambahkan, HUT Jateng tahun ini dirayakan dengan kesederhanaan. Namun di tengah kesederhanaan itu ternyata banyak yang datang dan berkontribusi. Ada perwakilan dari masyarakat Papua, Sumatra Barat, Dayak, Bugis, Riau, Jawa, hingga etnis Tionghoa.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Gabung dengan Ratusan Penari di Jateng Menarikan Gatot Kaca
"Saya senang karena hari ini unik. Ada kawan-kawan dari Papua membawa makanan khas ubi tumbuk. Banyak etnis di Jawa Tengah, datang tidak hanya dengan pakaian adatnya, tapi juga makanan adat. Tadi ada Sumatra Barat, etnis Tionghoa, dan lainnya. Keberagaman kita tunjukkan hari ini dan kami senang semua bisa berkontribusi," katanya.
Dalam kesempatan itu, Ganjar juga berpesan kepada seluruh jajaran pemerintah Provinsi Jateng dan pemerintah kabupaten/kota untuk menjaga integritas dan menghentikan semua praktik buruk, seperti korupsi dan jual-beli jabatan. Kasus yang menimpa Bupati Pemalang pasti membuat rakyat sangat jengkel dan menjadi tamparan keras di tengah situasi yang harusnya berbahagia ini.
"Kami mengingatkan diri kami sendiri, di kabupaten/kota juga kita ingatkan, hentikan semua praktik buruk, hentikan korupsi. Jual beli jabatan itu terdengar di mana-mana ceritanya, maka saya ingatkan kepada teman-teman yang lain untuk menghentikan sekarang atau ditangkap. Ini yang saya sampaikan dengan keras tadi agar semuanya benar-benar peduli," tegasnya.
Menurut Ganjar, hari ini seharusnya mulai bicara soal banyak prestasi. Misalnya penghargaan yang diterima Presiden Joko Widodo dari IRRI, karena tiga tahun tidak impor beras. Artinya, ketahanan pangan sangat kuat.
"Kalau itu bisa kita terjemahkan sampai tingkat daerah, maka kita pun bisa mencoba memberikan praktik-praktik baik dan prestasi baik," ujarnya.
Baca Juga: Gubernur Ganjar Apresiasi 26 Tokoh dan Komunitas yang Aktif Dalam Pelestarian Alam
Di Jateng sendiri, banyak praktik baik yang sudah dikakukan. Terbaru, pengendalian inflasi yang baik, karena kerja sama semua pihak. Kemudian ada leraning center bawang putih di Tegal untuk meningkatkan produktivitas komoditas bawang putih sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
"Produktivitas padi, di Istana Negara disampaikan, kalau sudah ada yang sampai 13 ton per hektare. Itu mustinya yang ada, bukan cerita pelayanan buruk atau cerita integritas yang rendah," imbuh Ganjar.
Pembina Keluarga Besar Papua di Jateng, Markus Romera mengatakan, seluruh masyarakat Papua di Jateng memiliki rasa memiliki, atau dalam istilah bahasa Jawanya, andarbeni. Artinya, mereka menganggap bahwa Jateng dan Indonesia sudah menjadi rumah sendiri selain kampung halamannya.
"Di manapun kita berada harus sama-sama menjaga kelestarian, keamanan dan ketertiban. Kita ikut andarbeni atau ikut memiliki. Kita warga Papua yang ada di sini juga ikut memiliki Jawa Tengah seperti rumah kita sendiri. Kota Semarang rumah kita sendiri, Indonesia rumah kita sendiri," ujarnya.
Menurut Markus, hal itu sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ganjar tentang tidak boleh membedakan, harus membaur menjadi satu, karena semua menjadi mudah dalam menjalin persatuan.
"Kita dari Sabang sampai Merauke ini bersaudara, tanpa membedakan suku, etnis, agama, dan lainnya. Kita harus membaur seperti kata Gubernur Ganjar Pranowo. Kami berharap Jawa Tengah terus maju dan kami yang dari Indonesia Timur dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Jawa Tengah," ungkapnya.