Modus Penipuan Mirip Mama Minta Pulsa Marak di Australia, Pelakunya dari Luar Negeri

SiswantoABC Suara.Com
Sabtu, 13 Agustus 2022 | 14:47 WIB
Modus Penipuan Mirip Mama Minta Pulsa Marak di Australia, Pelakunya dari Luar Negeri
Ilustrasi SMS. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Modus penipuan yang mirip dengan 'mama minta pulsa' yang pernah marak di Indonesia beberapa tahun silam, kini dilaporkan banyak terjadi di Australia.

Polisi menyatakan, dalam aksinya pelaku mengaku sebagai "anak" dari calon korbannya, yang sedang ditimpa masalah dan memerlukan bantuan segera.

Tahun ini, setidaknya 25 korban penipuan yang berasal dari Eropa, telah terdeteksi di negara bagian Victoria dengan ibu kota Melbourne

Para korban biasanya menerima pesan WhatsApp atau SMS dari nomor tak dikenal yang meniru identitas anak mereka.

Baca Juga: Penipu Orang-orang Tajir Cina, Modus Mirip Mama Minta Pulsa

Menurut polisi, pesan yang disampaikan sering mengatakan sesuatu seperti: "Halo ibu, saya ganti nomor nih karena ponsel saya rusak. Jadi untuk sementara saya menggunakan nomor ini."

Pelaku kemudian akan meminta uang dari korban, dengan menggunakan modus keadaan darurat yang memerlukan bantuan uang dengan segera.

Polisi menyebutkan sebagian besar pelaku penipuan semacam ini berbasis di luar negeri dan tidak dikenal oleh para korban.

Sersan Detektif John Cheyne dari Cybercrime Squad menyebut modus penipuan semacam itu mudah menarik hati para korban.

"Seorang anak yang menyampaikan bahwa ponsel mereka hilang atau rusak dan membutuhkan bantuan uang, dapat dimengerti sebagai situasi yang membuat orang tua akan bereaksi tanpa berpikir panjang," katanya dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: 148 WNA Penipu 'Mama Minta Pulsa' Bakal Dideportasi ke Cina

"Jika kita pernah menerima pesan dari nomor tak dikenal yang meminta uang, sebaiknya kita meminta semacam verifikasi," kata Detektif Cheyne.

"Jika mereka tidak dapat membuktikan atau tidak bersedia menjelaskan siapa mereka, jangan pernah transfer uangnya," tambahnya.

Sebuah laporan terbaru dari Australian Competition and Consumer Commission menemukan penipu online berhasil mengeruk dana sebesar AU$1,8 miliar dari warga Australia pada tahun 2021 atau meningkat dua kali lipat dari tahun 2020.

Dengan memperhitungkan perkiraan jumlah penipuan yang tidak dilaporkan, angka kerugian diperkirakan itu melebihi AU$2 miliar.

"Seringkali, kejadian seperti ini tidak dilaporkan karena berbagai alasan, termasuk ketakutan atau rasa malu. Kadang korbannya juga merasa tidak yakin jika telah terjadi pelanggaran," kata Sersan Cheyne.

"Makanya, kami mendorong siapa pun yang menjadi sasaran penipuan seperti ini untuk melapor ke polisi," ujarnya.

Siapa pun di Australia yang sudah jadi korban penipuan disarankan segera menghubungi bank mereka dan melaporkan kejadiannya melalui situs ReportCyber.

Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI