Analis: Waspadai Munculnya Politik Identitas Bernuansa SARA di Pemilu 2024

Siswanto Suara.Com
Kamis, 11 Agustus 2022 | 17:14 WIB
Analis: Waspadai Munculnya Politik Identitas Bernuansa SARA di Pemilu 2024
Ilustrasi pemilu (VectorStock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Analis politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang Ahmad Atang mendorong masyarakat untuk mewaspadai munculnya praktik politik identitas bernuansa suku, agama, ras, antargolongan pada pemilu 2024.

"Eksploitasi politik identitas yang bernuansa SARA perlu diwaspadai karena sangat berpotensi mewarnai pemilu di tahun 2024," katanya, hari ini.

Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan peluang munculnya politik identitas dalam pelaksanaan pemilu 2024.

Menurut dia, pelaksanaan pemilu 2024 yang berlangsung serentak dalam pemilihan wakil rakyat dan kepala daerah akan memberikan banyak perhatian publik.

Baca Juga: Optimis Lolos ke Senayan pada 2024, Partai Buruh Bidik Kursi Bupati dan Wali Kota Bekasi

Dengan demikian, kata dia nuansa yang berpeluang muncul berupa keterbelahan dan rivalitas pada level masyarakat semakin terbuka lebar.

Oleh karena itu perlu diwaspadai munculnya praktik politik identitas bernuansa SARA yang dimainkan oknum atau pihak tertentu yang akan mempertajam rivalitas di masyarakat.

Ahmad Atang mendorong adanya upaya antisipasi dari berbagai pihak, baik pemerintah melalui berbagai instrumennya maupun elemen masyarakat lain melalui edukasi memadai kepada masyarakat.

"Edukasi ini penting dilakukan karena praktik politik dengan penyebarluasan informasi yang tidak benar (hoaks) juga sangat berpeluang mewarnai pemilu 2024," katanya.

Ahmad Atang juga mendorong Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara pemilu agar meningkatkan edukasi bagi pemilih pemula atau pemilih rentan lain seperti anak muda, pemilih perempuan.

Baca Juga: Capres PKB-Gerindra bukan Anies, Ganjar atau Andika, NasDem Tutup Peluang Ikut Koalisi

"Edukasi ini penting menjadi perhatian serius karena mereka belum memiliki orientasi politik yang matang dan cenderung emosional dalam memilih," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI