Suara.com - Irjen Pol Ferdy Sambo menjadi otak pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J. Karena itu, Ferdy dijerat Pasal 340 subsider Pasal 338 juncto Pasal 55 juncto Pasal 56 KUHP dengan maksimal hukuman mati.
Menanggapi itu, anggota Komisi III DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal mengatakan pengenaan pasal tersebut harus bisa diterima. Sementara mengenai apakah Sambo layak dihukum maksimal dengan hukuman mati, ia menilai hal tersebut menjadi ranah pengadilan.
"Apakah layak atau tidak, ya, kan tuntutannya sudah jelas di pasal bukan di masalah layak atau tidaknya. Kalau menggunakan pasal itu, ya, harus diterima," kata Cucun di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (10/8/2022).
Cucun mengingatkan agar nantinya aparat penegak hukum tidak menjadikan persepsi publik sebagai dasar penerapan hukuman maksimal terhadap Sambo dan tiga tersangka lain atas pembunuhan berencana.
"Kalau menurut saya jangan seperti itu, ya. Ini yang berbahaya, kalau kita pakai koridor hukum antara hukum dengan persepsi publik, kalau disatukan berbahaya. Hukum ini hukum, persepsi publik (ya) persepsi publik," ujarnya.
Tetapi ditegaskan Cucun bahwa Polri harus tegas tanpa pandang bulu dalam mengungkap siapa saja yang terlibat dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
"Kembali lagi tadi, jangan, lah, kita melihat siapapun," kata Cucun.
Pakar Hukum Pidana Unikom Bandung, Musa Darwin Pane menilai ancaman hukuman terhadap mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo sudah tepat.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengumumkan Irjen Pol Ferdy Sambo sebagai tersangka baru dalam kasus pembunuhan terhadap Brigadir J.
Baca Juga: Menonton Siaran Berita Kasus Pembunuhan Anaknya, Ibu Brigadir J Terkejut Ferdy Sambo Jadi Tersangka
Irjen Pol Ferdy Sambo dijerat 340 subsider Pasal 338 juncto Pasal 55 juncto Pasal 56 KUHPidana. Pasal 340 mengatur tentang pembunuhan berencana dengan ancaman maksimal hukuman mati.