Suara.com - Tanggal 9 Agustus 77 tahun yang lalu adalah tepat ketika kota Nagasaki, Jepang, diluluhlantakkan oleh bom atom Amerika. Momen ini menjadi salah satu faktor kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Jepang. Bagaimana sejarahnya?
Sebelum Nagasaki, dua hari sebelumnya yakni apda 6 Agustus 1945, Kota Hiroshima sudah terlebih dahulu dibom atom. Jepang mengalami kehancuran telak dengan korban mencapai 74 ribu orang. Atas peristiwa ini, Jepang menyerah kepada sekutu.
Momen inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para tokoh kemerdekaan Indonesia untuk segera memproklamasikan kebebasan dari penjajahan.
Bom Atom di Jepang oleh Amerika Serikat
Baca Juga: 77 Tahun Tragedi Bom Atom Hiroshima-Nagasaki dan Perjuangan Para Hibakusha
Salah satu faktor eksternal yang membuka peluang Indonesia untuk memproklamasikan kemerdakaannya adalah peristiwa bom atom di Jepang yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Peristiwa tersebut berawal dari ketegangan yang terjadi antara Jepang dengan Amerika Serikat.
Pada 7 Desember 1941 Jepang melancarkan serangan udara terhadap pangkalan udara Amerika Serikat Pearl Harbor, Hawaii. Tindakan Jepang tersebut dinilai sebagai kejahatan perang yang kemudian membuat kedua negara menyatakan perang satu sama lain.
Bom nuklir yang dikembangkan Amerika Serikat sejak akhir 1930-an, sudah siap pada tahun 1945 yang nantinya digunakan untuk mengancam Jepang agar menyerah kepada sekutu pada akhir Juli 1945. Namun, Jepang tidak kunjung menyerah kepada sekutu, sehingga pada 6 Agustus 1945 Hiroshima dijatuhi sebuah bom yang dijuluki sebagai Little Boy, bom kedua yang dijuluki Fat Man dijatuhkan di Nagasaki pada 9 Agustus 1945.
Kedua kota tersebut merupakan kota penting bagi negara Jepang, karena menjadi pusat militer dan industri. Setelah pengeboman dua kota penting itu membuat Jepang tidak berdaya sehingga Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 15 Agustus 1945.
Kaitannya dengan Indonesia
Baca Juga: 77 Tahun Tragedi Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki dan Perjuangan Para Hibakusha
Salah satu tokoh golongan muda yakni Sutan Sjahrir, mengetahui bahwa Jepang telah kalah dalam Perang Dunia II akibat pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki. Setelah mengetahui informasi tersebut, para pemuda mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Namun saat itu, Soekarno dan Hatta pun tidak langsung memenuhi permintaan para golongan muda, sehingga membuat keduanya diasingkan ke Rengasdengklok agar menjauhkan Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang. Ini merupakan upaya golongan muda untuk membuat Soekarno sadar bahwa kemerdekaan seharusnya bukan pemberian negara lain, tetapi dari bangsa itu sendiri.
Setelah peristiwa Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta untuk melakukan penyusunan proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Naskah proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik, dibacakan Soekarno pada pagi hari 17 Agustus 1945 untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Demikian sejarah bom atom di Nagasaki dan Hiroshima serta kaitannya dengan bangsa Indonesia. Selanjutnya diketahui bahwa menyerahnya Jepang kepada sekutu merupakan peluang Indonesia untuk bangkit dan memproklamasikan kemerdekaan.
Kontributor : Annisa Fianni Sisma