Suara.com - Guru sains dan biologi di Inggris, Natalie Wilsher punya tato bergambar Albert Einstein di lengannya. Dia juga punya tato lainnya di kaki, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki.
Dari semua tato yang pernah ia dapatkan, yang paling sakit di bagian punggung kaki, dan pergelangan kaki.
"Rasa sakit itu merupakan bagian dari reaksi tubuh kita untuk melindungi tubuh dari sesuatu, dan saraf-saraf kita bekerja untuk mendeteksinya, jelas guru ini dalam program podcast "Teach me a lesson BBC.
"Ini akan lebih menyakitkan untuk mendapatkan tato di bagian tubuh yang punya sedikit lemak dan lebih banyak saraf-saraf yang berkumpul, jelasnya kepada pembawa acara Bella Mackie dan Greg James.
Baca Juga: Kembali Posting Setelah 3 Pekan 'Absen', Instagram Maria Vania Diserbu Warganet: Wih Ada Tato Baru
Baca Juga:
- Teknologi 'tato elektrik': bagaimana menjadikannya sebagai alat kesehatan hingga karya seni?
- Budaya Indonesia: Menyelamatkan seni tato yang hampir punah di Mentawai - 'Saat mati, yang kami bawa adalah tato'
- Kisah stigma sosial terhadap orang-orang bertato di seluruh dunia
Selain bagian kaki dan pergelangan kaki, tulang kering, ketiak, dan bagian tulang rusuk juga masuk area sensitif, kata Wilsher, meskipun itu semua tergantung tingkat sensitivitas masing-masing orang.
Saraf di bagian tubuh yang sedang ditusuk jarum tato mengirimkan sinyal rasa sakit ke otak, tambahnya.
Bagaimanapun, reaksi seseorang dalam proses pembuatan tato belum tentu dapat dibandingkan dengan yang lain.
Ambang toleransi rasa sakit benar-benar berbeda antara satu orang dengan yang lainnya, katanya.
Baca Juga: Nathalie Holscher Ditantang Menghapus Tato
Tato Pertama
Tato paling tua ditemukan pada mumi yang terawetkan dengan baik bernama tzi si manusia es. Mumi ini ditemukan di pegunungan Alpen Italia (tztal Alps) pada 1991. Usia mumi yang membeku ini diperkirakan lebih dari 5.000 tahun.
Tato yang ditemukan pada tzi sangat kecil, sangat tidak mencolok. Bentuknya berupa titik dan garis. Para antropolog memperkirakan itu terbentuk karena akupuntur untuk tujuan pengobatan, kata Wilsher.
Wilsher heran bagaimana mereka menyembuhkan luka dari merobek kulit, dan berasumsi itu akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk pulih.
Sungguh menakjubkan, selama masa itu, zaman batu dan zaman es, mereka bisa membuat tato dan tidak sakit karena melakukannya. Ini luar biasa, mereka sudah memiliki pengetahuan tentang itu, tambahnya.
Seiring waktu, tato menjadi cara bagi seseorang untuk menceritakan kisah mereka sendiri.
Mitologi yang berkembang mengatakan Kapten James Cook, pada akhir abad ke-18 dalam perjalanan ke Pasifik, telah melihat orang-orang yang memiliki tato berbeda-beda. Cerita ini mengatakan bahwa 90% krunya kemudian membuat tato untuk menandai perjalanan mereka, jelas guru sekolah menengah ini.
Para pelaut dari Angkatan laut Inggris mewarisi tradisi ini, dan mulai membuat tato perjalanan mereka, dengan menggunakan urin dan bubuk mesiu, dengan sebuah persiapan yang biasa dikenal sebagai tinta laut, kata Wilsher.
Di akhir abad 19, mesin tato tercipta berdasarkan cara kerja dari temuan mesin cetak listrik Thomas Edison.
Organ terbesar dari tubuh
Kulit merupakan organ tubuh paling besar atau sekitar 50% dari berat tubuh, dan bagian paling atas selalu diperbarui setiap 28 hari. Lalu kenapa tinta pada tato itu tidak pudar saat terjadi regenerasi sel kulit baru?
Profesor Wilsher menjelaskan, bahwa kulit memiliki tiga lapisan utama: bagian epidermis pada permukaan; dermis di bagian tengah, di mana pembuluh darah, kelenjar keringat, folikel, dan saraf berada; dan terakhir bagian terdalam yang paling tebal adalah hipodermis, lapisan lemak kulit.
Tinta tato itu masuk ke bagian dermis, di mana saraf-saraf mendeteksi rasa sakit. Tinta tato akan menempel di sana [tidak pudar] karena lapisan tengah pada kulit ini dilindungi oleh epidermis, jelasnya.
Wilsher menambahkan, ketika tinta itu masuk ke dalam dermis, tubuhmu akan berkata, Ya Tuhan, saya terluka. Dan tubuh akan memerintahkan mengirim makrofag [jenis sel darah putih dari sistem imun], sel darah putih, ke area tersebut. Mereka berusaha membungkus tinta dan kemudian mengirimnya ke aliran darah.
Akan tetapi, pigmen tinta terlalu besar untuk dikeluarkan oleh makrofag, pada akhirnya tinta itu tetap melekat di sana.