China dan Taiwan sejak dulu saling berkonflik. Keduanya menjadi pembahasan kembali lantaran China mengeluarkan kebijakan satu China. Selain itu, konflik antar keduanya semakin terlihat saat perwakilan dari Amerika Serikat, Nancy Pelosi datang berkunjung. Berikut ini sejarah konflik China dan Taiwan.
Penduduk asli Taiwan adalah orang Austronesia yang berasal dari China Selatan. Pulau Taiwan ditemukan pada 239 Masehi. Saat itu yakni ketika seorang kaisar mengirim pasukan untuk meneliti wilayah tersebut. Ini adalah sejarah versi bangsa China untuk mengklaim wilayah Taiwan.
Menyadur BBC, pada abad ke 17, banyak imigran yang berasal dari Tiongkok mulai berdatangan. Mereka pun berkeluarga dan memiliki keturunan di sana.
Tahun 1895, Jepang menang dalam peperangan Sino-Jepang dan Pemerintahan Qing harus menyerahkan Taiwan ke Jepang. Pasca Perang Dunia II, Jepang menyerah dan melepaskan wilayah Taiwan yang telah diambilnya dari China. Republik China pun mulai memimpin Taiwan dengan persetujuan sekutunya, Amerika dan Inggris.
Baca Juga: Total Ekspor Batu Bara Indonesia dan Negara Tujuannya, China Terbesar
Namun, beberapa tahun kemudian muncul perang saudara di China. Pasukan Chiang Kai Shek kalah oleh Komunis Mao Zedong. Chiang dan penduduknya pun melarikan diri ke Taiwan tahun 1949.
Kelompok inilah yang kemudian memimpin Taiwan. Mereka mendominasi politik Taiwan meski hanya 14% dari total populasi. Chiang pun memimpin selama 25 tahun berikutnya.
Ada gejolak politik di dalamnya. Banyak masyarakat yang tidak suka pemerintahan komunis dan akhirnya muncullah demokratisasi.
Saat pengadingan, Chiang selalu mengklaim mewakili seluruh China dalam tindakan politiknya. Ia pun memegang kursi China di PBB dan diakui oleh negara Barat sebagai satu-satunya pemerintahan China.
Namun pada 1970an, banyak negara yang beranggapan bahwa pemerintah Taipei tidak dapat lagi dianggap mewakili Tiongkok. Kemudian pada 1971, PBB mengeluarkan China dan mengalihkan kepemimpinan politik China ke Beijing, bukan Taiwan. Sejak saat itu, negara yang mengakui China secara diplomatis turun drastis menjadi hanya 15 negara.
Baca Juga: Setelah Taiwan, Nancy Pelosi Melawat ke Korsel: Berencana Kunjungi Daerah Perbatasan antar-Korea
Hubungan antara China dan Taiwan membaik saat adanya rencana investasi di China pada 1980an. Pada 1991, keduanya menyatakan bahwa Perang Saudara telah berakhir.
China menawarkan pilihan "Satu Negara Dua Sistem" yang memungkinkan otonomi Taiwan yang signifikan jika Taiwan setuju untuk ada di bawah kendali Beijing. Sistem ini berhasil membuat Hong Kong kembali ke China tahun 1991. Namun, Taiwan menolak.
Usaha masih terus dilakukan dan sampai puncaknya saat Beijing menekan perusahaan internasional agar membuat Taiwan tundak. Jika gagal maka akan memblokir mereka berbisnis di China. Semakin hari keduanya masih bersitegang dan belum bersatu.
Kontributor : Annisa Fianni Sisma