Suara.com - Peluang Gerindra untuk mencalonkan ketua umumnya, Prabowo Subianto untuk maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 masih terbuka lebar. Bahkan sejumlah dewan pimpinan daerah (DPD) menyatakan dukungan tersebut, seperti disampaikan Ketua DPD Gerindra Sulawesi Tenggara (Sultra) Andi Ady Aksar.
Dalam pernyataannya, Andi Ady menyatakan, siap memenangkan Prabowo dalam Pilpres 2024. Dukungan tersebut didasari dengan alasan rasional karena mantan Danjen Kopassus tersebut memiliki kapabilitas tinggi dan mumpuni untuk memimpin dan memajukan Indonesia ke depan.
"Semua kader Gerindra Sultra senantiasa intens melakukan sosialisasi dengan muara membesarkan nama Prabowo Subianto. Ini sebagai bentuk keseriusan, mendukung dan memenangkan Prabowo Subianto di Oilpres 2024," kata Andi Ady Aksar.
Merespons hal tersebut, Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo (FISIP UHO) Prof Eka Suaib menyatakan, peluang Prabowo berat untuk kembali memperoleh banyak suara di Sultra seperti di Pilpres 2019.
Baca Juga: Ngotot Proyeksikan Cak Imin Capres di Koalisi Bareng Gerindra, PKB: Kalau Prabowo Masih Mengumumkan
Ia mengemukakan, Pilpres 2024 akan berbeda dengan Pilpres 2019 yang diisi dua pasang calon presiden (capres). Sebab pada Pilpres 2024 berpotensi akan ada lebih dari dua pasang capres-cawapres yang bertarung dalam kontestasi politik nasional lima tahunan tersebut.
Mesk begitu, Eka Suaib mengemukakan, masih terbuka peluang lebar jika Prabowo berhasil masuk dalam putaran kedua. Pilpres mungkin digelar dua putaran apabila di putaran pertama belum ada pasangan calon presiden dan wakil presiden yang memenangkan pemilihan.
Pilpres dua putaran sebelumnya telah diatur dalam konstitusi atau Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 6A Ayat (3) UUD yang menyebutkan, untuk dinyatakan sebagai pemenang Pilpres, pasangan calon presiden dan wakil presiden harus mendapatkan suara lebih dari 50 persen dari jumlah suara dalam pemilu, dengan memperoleh sedikitnya 20 persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia.
Apabila tidak ada pasangan calon yang memenuhi syarat sebagai pemenang, maka paslon yang mendapat suara terbanyak pertama dan kedua dipilih kembali melalui pemilu.
Dalam tipologi pemilih, Eka mengemukakan, jika Prabowo memiliki basis. Namun lebih banyak kepada pemilih yang cair. Sehingga perlu dilihat kemampuan parpol, relawan dan kemampuan figur merawat basis-basis yang ada dan pada saat bersamaan mampu mengambil basis pemilih swing voters.
Lebih lanjut, ia mengemukakan, dalam beberapa hasil riset basis-basis pemilih swing voters masih cukup banyak mengembang. Sehingga figur tidak bisa lagi hanya mengandalkan politik identitas, ikatan emosional tetapi sangat ditentukan oleh kapabilitas.
"Misalnya bagaimana Prabowo ketika dia menjadi Menhan (Menteri Pertahanan) apakah dia mampu menunjukkan kinerja yang cukup baik," katanya seperti dikutip Telisik.id-jaringan Suara.com pada Kamis (4/8/2022).