Suara.com - Sebuah SMA Negeri di daerah Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mendapat sorotan usai seorang siswi melapor bahwa dirinya dipaksa pakai jilbab. Tak tanggung-tanggung, sosok siswi tersebut melapor dirinya mengalami depresi diduga adanya pemaksaan tersebut.
Kasus tersebut mengundang atensi dari berbagai pihak, seperti Ombudsman setempat hingga Disdikpora turun tangan mengusut tuntas kasus tersebut.
Lantas, bagaimana penanganan kasus laporan siswi malang tersebut? Berikut 5 fakta siswi SMA negeri di Bantul dipaksa pakai jilbab.
1. Sempat sejam menangis di toilet usai dipaksa pakai jilbab
Siswi SMAN 1 Banguntapan tersebut sempat melapor menangis di toilet sekolah usai mengalami pemaksaan tersebut. Laporan tersebut akhirnya dibenarkan oleh pihak sekolah saat dimintai keterangan oleh Ombudsman RI (ORI) Perwakilan DIY.
"Benar ada anak yang memang menangis di toilet sekolah lebih kurang 1 jam dan kepala sekolah sendiri ketika itu belum tahu ada apa karena posisi siswa masih di salah satu ruangan," ungkap Ketua ORI Perwakilan DIY Budhi Masturi, Jumat (29/7/2022).
Setelah ditelusuri lebih lanjut, ada indikasi kuat bahwa siswi tersebut mengurung diri dilatarbelakangi oleh unsur pakaian atau atribut keagamaan yakni jilbab.
"Kemudian kami terus dapat informasi dan rupanya ada sedikit informasi mengenai diduga ada sangkut-pautnya dengan busana pakaian identitas keagamaan," ungkap Budhi.
2. Guru BK diduga sebagai aktor pemaksaan tersebut
Adapun laporan tersebut dialamatkan pada guru bimbingan konseling (BK) yang diduga memaksa siswi tersebut memakai jilbab. Kini, beberapa pihak tenaga BK sekolah akan dipanggil untuk dimintai keterangan.