Pemkab Mojokerto Jaga Tradisi Ruwat Agung Nuswantara, Ikfina: Pusaka Banyak Mengandung Makna Filosofi

Senin, 01 Agustus 2022 | 15:13 WIB
Pemkab Mojokerto Jaga Tradisi Ruwat Agung Nuswantara, Ikfina: Pusaka Banyak Mengandung Makna Filosofi
Pemkab Mojokerto gelar Tradisi Ruwat Agung Nuswantara. (Dok: Pemkab Mojokerto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ruwat Agung Nuswantara 2022 merupakan agenda rutin Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto. Acara ini merupakan warisan budaya, yang bertujuan untuk penguatan martabat jati diri dan sumber inspirasi dalam proses mengenal sejarah bagi kehidupan berbudaya, salah satunya dengan menjamas pusaka.

"Hal ini dilakukan dengan cara merawat atau memetri warisan dari para leluhur, salah satunya berupa pusaka yang banyak mengandung makna filosofi, falsafah kehidupan, kearifan,sumber inspirasi, dan motivasi kehidupan," kata Ikfina, dalam Ruwat Agung Nuswantara 2022, di Pendopo Graha Maja Tama (GMT), Pemkab Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (29/7/2022) malam.

Gelaran ini memang sudah menjadi tradisi bagi Pemkab Mojokerto saat bulan Asyura tiba. Sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, Ruwat Agung Nuswantara ini digelar.

Sebagai “pewaris” Kerajaan Majapahit, Pemkab Mojokerto terus berupaya merawat tradisi serta peninggalan, termasuk benda-benda pusaka yang selama ini tersimpan di Pringgitan, bangunan utama kantor Pemkab Mojokerto.

Baca Juga: Wujudkan Komitmen Pelestarian Budaya, Pertamina Beri Dukungan Pengembangan Sekolah Tari

Ikfina menyebut, Kabupaten Mojokerto memiliki peninggalan sejarah dari tiga kerajaan besar, diantaranya, kerajaan besar Nusatara (Medang Kamulan di era Mpu Sendok), Kerajaan Kahuripan di era Airlangga, dan Majapahit di era Rakryan Wijaya, atau dikenal dengan Raden Wijaya sampai Brawijaya.

"Dari semua itu, kita memiliki nilai tradisi dan budaya yang beragam, kreatif, dan berbagai event guna mengembalikan nilai tradisi dan budaya yang ada di tengah masyarakat," ujarnya.

Ikfina mengaku bangga dengan gelaran Ruwat Agung Nuswantara dan Jamas Pusaka 2022 ini, karena masyarakat dapat melestarikan dan meningkatkan warisan seni budaya. Acara ini juga merupakan wadah untuk menjalin silaturahmi para budayawan dan seniman untuk bahu-membahu dalam membangun kebudayaan.

"Termasuk untuk menumbuhkan sikap saling mengenal, memahami dan menghargai nilai-nilai budaya serta kearifan lokal. Selain itu, acara ini juga merupakan ajang promosi pariwisata dan budaya daerah Kabupaten Mojokerto," ujar bupati perempuan pertama di Mojokerto ini.

Ikfina berharap, kegiatan Ruwat Agung Nuswantara dan Jamas Pusaka dapat dipertahankan. Gelaran ini dinilainya juga bisa ditingkatkan di masa mendatang sebagai event pariwisata dan masuk dalam kategori wisata budaya atau culture tourism.

Baca Juga: Asal Usul Kebo Bule: Hewan yang Dikeramatkan Diarak di Malam 1 Suro

"Harapan kami ke depan, Ruwat Agung Nuswantara ini bisa menjadi event nasional bahkan internasional, sehingga masuk dalam kalender wisata," ujar Ikfina.

Acara ini dilakukan dengan iringan gamelan, yang menggema di berbagai penjuru Pendopo GMT. Semar, Gareng dan Petruk berjejer di balik kelir, kain putih yang digunakan sebagai tempat memainkan wayang.

Dalam Ruwat Agung Nuswantara kali ini, Pemkab Mojokerto memilih tidak menampilkan teatrikal atau tari-tarian yang biasanya dimainkan puluhan para pelaku seni, tapi diganti dengan gelaran wayang kulit, yang juga merupakan salah satu kesenian Nusantara.

Tradisi Ruwat Agung Nuswantara 2022. (Dok: Pemkab Mojokerto)
Tradisi Ruwat Agung Nuswantara 2022. (Dok: Pemkab Mojokerto)

"Karena pada saat perencanaan, kita berasumsi masih dalam masa pandemi Covid-19, sehingga kita laksanakan seminimalis mungkin, namun tidak mengurangi esensi," ujar Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Mojokerto, Norman Hanandhito dalam sambutannya.

Tak hanya pertunjukan wayang kulit, dalam Ruwat Agung Nuswantara ini juga dilakukan proses jamasan pusaka milik Pemkab Mojokerto. Sedikitnya ada 95 keris pusaka yang masuk kategori keris sepuh dan 113 keris putra atau keris duplikat yang masuk kategori keris pusaka.

"Sementara untuk keris replika atau keris contoh sebanyak 21 buah. Untuk jamasan, kita mengambil air dari 7 sumber mata air yang ada di Mojokerto," jelas Norman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI