Padahal pasukan yang dipimpin langsung Nabi Muhammad SAW hanya terdiri dari 313 orang Muslim, delapan pedang, enam baju perang, 70 ekor unta, dan dua ekor kuda.
"Pada saat itu Muslim di Madinah kuat dan ini jadi ancaman bagi kota Mekkah karena ini jalur perdagangan," kata Rusli.
Strategi
Saat perang Uhud terjadi, pasukan Muslim berjumlah 700 orang yang dipimpin Nabi Muhammad SAW berhasil memukul mundur 3.000 pasukan kaum kafir Quraisy Mekkah.
Sebagai pemimpin, Nabi Muhammmad SAW menggunakan strategi perang yang sangat jenius. Rasulullah menempatkan 50 pemanah di Bukit Rumat yang dipimpin Abdullah bin Jubair.
Ibarat serangan dari udara, anak panah dari pasukan yang dipimpin Abdullah bin Jubair berhasil memukul mundur pasukan Quraisy.
"Di sini kejeniusan Rasulullah, menempatkan 50 pemanah di Bukit Rumat, sehingga 700 orang bisa memukul 3.000 orang," kata Rusli. Padahal pada Perang Uhud, pasukan Muslim tidak dibantu Malaikat seperti pada Perang Badar.
Pasukan kafir Quraisy pun mundur serta meninggalkan harta dan perbekalan mereka di medan perang.
Nabi saat itu memerintahkan para pemanah untuk tidak meninggalkan Bukit Rumat apapun yang terjadi, baik dalam kondisi perang maupun kalah sampai Baginda Rasulullah mengirimkan utusan dan menyampaikan kabar mereka boleh meninggalkan posnya.
Harta rampasan perang yang ditinggalkan kaum Quraisy mulai dari pedang, unta, kuda, emas dan perak menjadi rebutan pasukan Muslim, melihat kondisi tersebut juga dimanfaatkan oleh pemanah di Bukit Rumat.
Baca Juga: Kronologi Bus Bawa Rombongan Jemaah Haji Tabrakan di Asahan
Sebanyak 40 pemanah turun dari bukit hingga lupa pesan Nabi agar mereka tidak meninggalkan Bukit Rumat. Mereka beralasan bahwa pesan tersebut berlaku saat perang, sedangkan saat ini menurut mereka perang telah selesai karena pasukan musuh sudah dipukul mundur.