Citayam Fashion Week di Mata Budayawan Seno Gumira Ajidarma: Bergaya Tak Hanya Untuk Kelas Atas

Sabtu, 30 Juli 2022 | 20:07 WIB
Citayam Fashion Week di Mata Budayawan Seno Gumira Ajidarma: Bergaya Tak Hanya Untuk Kelas Atas
Budayawan Seno Gumira Ajidarma. [Yuliani/Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Budayawan Seno Gumira Ajidarma menyebut fenomena Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat sebagai upaya menerobos monopoli fashion oleh kalangan atas atau elit. Lewat pagelaran busana jalanan, menimbulkan gerakan bahwa bergaya tidak memandang kelas atas atau bawah.

"Gaya itu hak semua orang, maka saya bilang jangan dilihat kelasnya. Emang kelas bawah itu enggak boleh punya apa-apa? Enggak boleh bergaya apa-apa? Boleh dong," kata Seno dalam Obrolan Malam Suara (Ormas) pada Jumat (29/7/2022) malam kemarin.

Menurutnya, fenomena pagelaran busana jalanan ini adalah sebuah gejala kebudayaan anak muda. "Yang kemunculannya itu mungkin kayak tidak terwadahi begitu ya. Ada kebutuhan yang selama ini tidak terwadahi kemudian dapatnya jalanan itu," ujarnya.

Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini berujar, selama ini jarang ada ruang bagi anak muda untuk bisa menampilkan gaya berbusana. Sementara dengan Citayam Fashion Week mereka mendapat tempat untuk diapresiasi.

Baca Juga: Wagub DKI Jakarta Menyebut Citayam Fashion Week Diselenggarakan di CFD, Apa Tanggapan Jeje?

"Kalau ini kan orang apresiasi, mereka ngerti benar panggungnya. Cuma panggung benarannya enggak ketembus gitu loh. Jadi paling enggak di Dukuh Atas-lah, di sini anak mudanya diapresiasi," kata Seno.

Merebaknya fenomena Citayam Fashion Week ke sejumlah daerah lain dengan melakukan hal yang sama, menurutnya semakin menguatkan kebutuhan ruang untuk mengekpresikan diri lewat busana.

"Itu menular ke banyak kota begitu. Ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan yang sama, bahwa fashion itu bukan monopoli kelas elitis. Satu bajunya itu kan bisa sebulan gajinya kelas bawah kan itu," ujar Seno.

Kendati demikian, fenomena Citayam Fashion Week tidak murni tentang fashion, namun lebih ke ruang ekspresi yang terhambat dampak dari pandemi Covid-19 beberapa tahun ini.

"Kebutuhannya enggak murni fashion. Saya bilang gejala kebudayaan, itu karena ada yang mampet begitu. Mampet, artinya ada ruang yang tidak terbuka. Ruang ekspresi tidak terbuka, juga apa yang disebut wacana diborong oleh politik. Kemudian diborong kriminalitas, jadi dunia ini suram gitu loh. Mau omongin film, bioskopnya kayak gitu," kata Seno.

Baca Juga: Kena Prank! Video Jeje Slebew Ngamuk di Citayam Fashion Week Ternyata Konten Film

"Ini-kan ada ruang luas, ada musik ada orang cantik. Itu kan segar gitu. Seperti kataris, kesumpekkan, yang sudah lama dialami semua orang dengan pandemi ini. Seperti ending pandemi enggak habis-habis gitu. Enggak nyampe-nyampe gitu loh. Ini alternatif, ini jebol ini," jelasnya.

ARTIKEL ini dikutip dari Obrolan Malam Suara (Ormas) bersama Seno Gumira Ajidarma berjudul 'Citayam Fashion Week Effect.' Telah disiarkan langsung di Twitter Space @suaradotcom pada Jumat (29/7/2022) malam. Untuk bisa mendengarkannya kembali silakan klik link berikut: https://twitter.com/suaradotcom/status/1552948146472644608

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI