"Saya kira ini adalah sistem akan yang akan terus berkembang di masa depan.
"Saingan utama kami adalah petani yang menanam di lahan terbuka, namun kalau kita lihat adanya banjir dan kebakaran hutan, itu tidak mudah bagi mereka."
Pemanas rumah kaca di Tatura ini adalah gas alam cair dengan sistem pemanasan yang menggunakan air.
"Pemanas adalah biaya terbesar," kata Mills.
"Semua yang kami lakukan di sini adalah berusaha memperkecil jumlah pemanasan yang harus dilakukan.
"Kami memiliki dua layar thermal di atap yang bisa menyimpan energi sepanjang hari dan kami berusaha semaksimal mungkin menggunakan sinar alami dari matahari.
"Dalam soal konsumsi air, kami menggunakan sekitar 12 sampai 18 liter air untuk memproduksi satu kilogram tanaman, sementara untuk lahan terbuka dibutuhkan sekitar 60 sampai 100 liter.
"Ketika kami kehabisan air, kami mengambil air untuk digunakan kembali."
Produksi tanaman menggunakan rumah kaca sudah banyak dilakukan di negeri seperti Belanda yang sudah menghabiskan investasi teknologi yang bisa menghasilkan produksi sepanjang tahun.
Baca Juga: Pakai Tomat Istanbul hingga Micin Konoha, Tutorial Memasak Camilan Korea Ini Bikin Publik Emosi
Mills mengatakan teknologi tersebut sudah disesuaikan dengan iklim di negara bagian Victoria, namun model ini sudah diterapkan di banyak negara lain di dunia.