JPU kemudian memutar rekaman CCTV di ruang persidangan. Dalam video itu terlihat sosok terdakwa lain, yakni Djafar Hamzah membawa bungkusan plastik putih.
"Itu terlihat bawa bungkusan warna putih, Djafar lngsung membawa itu atau berulang kali masuk ke dalam kamar sudah menemukan bungkusan yang dimaksud? tanya JPU.
"Dua kali," jawab Napoleon.
Usai Djafar masuk ke kamar sel nomor 11, beber Napoleon, bungkusan plastik putih itu kemudian ditaruh di bawah. Tanpa basa-basi, eks Kadiv Hubinter Bareskrim Polri itu meraih plastik itu dan langsung berdiri.
"Begitu terima tak banyak omong, saya ambil tangan kanan dulu baru saya pindah ke tangan kiri saya berdiri, kan Kace masih duduk di situ," ucap Napoleon.
Napoleon kemudian memegang kepala Kece dan meminta yang bersangkutan untuk menutup mata dan mulut. Kepada Kece, Napoleon bermaksud memberikan pelajaran dengan seplastik kotoran manusia.
"Dia masih duduk bersila, saya pegang kepalanya, baru saya tutup matamu tutup mulutmu karena saya bermaksud memberi pelajaran kpd orang ini, orang ini menista umat, dia harus saya beri tahu pelajaran rasanya kalau dinista tuh seperti apa," jelas perwira Polri aktif tersebut.
"Maka saya nista dengan kotoran ini Pak, mukanya ini, dipeperin: 'biar kau tahu rasanya dinista'. Bukan maksud saya untuk mencelakakan fisiknya, buktinya saya bilang tutup matamu supaya nggak kelilipan tahi matanya. Tutup mulutmu supaya tdk masuk barang itu ke dalam mulutnya, karena itu berbahaya buat kesehatannya," tegas Napoleon.
Setelah peristiwa itu, Napoleon kemudian berlalu tanpa mengucapkan kalimat sepatah pun. Dia mengaku tak sanggup bekata-kata saking kesalnya.
"Karena saya sudah tidak sanggup berkata-kata, saking marahnya saya. Kalau saya masih ngomong itu belum marah, kalau saya sudah dia itu sudah gak tahan, saya peperi," papar Napoleon.