Suara.com - Lima aide de camp (ADC) atau ajudan dari Kadiv Propam Polri nonaktif Irjen Ferdy Sambo rampung menjalani pemeriksaan di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Selasa (26/7/2022).
Mereka menjalani pemeriksaan kurang lebih delapan jam. Kelimanya datang terlebih dahulu ke Komnas HAM sekitar pukul 09.50 WIB dan keluar sekitar pukul 17.25 WIB.
Seusai menjalani pemeriksaan kelima ajudan Ferdy Sambo keluar tanpa mengeluarkan kata-kata alias bungkam kepada awak media. Mereka langsung berlalu menuju mobil yang sudah menunggu di luar kantor Komnas HAM.
Sementara itu, dua ajudan Ferdy Sambo lainnya, termasuk Bharada E yang datang belakangan sekitar pukul 13.25 WIB, hingga pukul 17.37 WIB masih berada di Komnas HAM untuk menjalani pemeriksaan.
Baca Juga: Cuma Menunduk saat Muncul di Komnas HAM, Begini Tampang Bharada E Terduga Penembak Brigadir J
Pada pemeriksaan ini, Komnas HAM memanggil tujuh ajudan Ferdy Sambo. Sesuai agenda pemeriksaan digelar pada pukul 10.00 WIB.
Awalnya hanya lima orang ajudan yang datang, yakni pada pukul 09.50 WIB. Berselang beberapa jam kemudian yakni sekitar pukul 13.25 WIB, Bharada E menyusul bersama satu ajudan lainnya.
Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, sebelumnya, menyebut pemeriksaan terhadap ajudan Ferdy Sambo terkait kronologi penembakan yang menewaskan Brigadir J.
"Pertama pasti kami akan mengkonfirmasi beberapa yang sudah keluar di publik ya, terkait Brigadir J misalnya tembak menembak dan sebagainya itu pasti," kata Anam saat ditemui wartawan.
Dikatakanya proses pemeriksaan dilakukan dengan dua metode, pemeriksaan secara sendiri-sendiri dan secara bersamaan.
Baca Juga: Polisi Terduga Penembak Brigadir J Mangkir Pemeriksaan, Komnas HAM Tak Tahu Keberadaan Bharada E
"Memang pasti sendiri-sendiri dan ada yang satu tempat bersama. Karena kami kepengen tahu detail apa yang terjadi, konteksnya apa dan sebagainya," kata Anam.
Kata Anam seluruh ajudan Sambo menjadi penting untuk diperiksa demi melihat kontruksi peristiwa penembakan Brigadir J.
"Memang salah satu tugas Komnas HAM yang paling penting adalah membuat rangkaian peristiwa. Jadi ADC ini menjadi salah satu pilar utama dalam konstruksi peristiwa dan bagaimana melihat peristiwa kematian Brigadir J ini," kata Anam.
"Jadi kami kepingin komprehensif, analisa-analisa yang berkembang di publik saat ini, kami kepingin tahu persis apa dan bagaimana peristiwa itu terjadi," sambungnya.
Dugaan Pelecehan
Brigadir J sebelumnya diduga tewas ditembak oleh Bharada E di rumah dinas Ferdy Sambo di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada Jumat (8/7/2022) sekitar pukul 17.00 WIB. Brigadir J merupakan sopir istri, Ferdy Sambo. Sedangkan, Bharada E merupakan ajudan daripada Ferdy Sambo.
Tiga hari setelah kejadian, Ramadhan menyebut Bharada E menembak Brigadir J karena diduga melecehkan istri Ferdy Sambo.
"Berdasarkan keterangan dan barang bukti di lapangan bahwa Brigadir J memasuki kamar pribadi Kadiv Propam dan melecehkan istri Kadiv Propam dengan todongan senjata,” kata Ramadhan dalam keterangannya, Senin (11/7/2022) malam.
Sebelum terjadi penembakan, kata Ramadhan, Bharada E mendengar istri Ferdy berteriak. Dia menuju sumber teriakan tersebut yang berasal dari kamar istri Ferdy.
Ketika itu, Bharada E mendapati Brigjen J yang panik melihat kedatangannya. Sampai pada akhirnya, Ramadhan menyebut Brigjen J melesatkan tembakan ke arah Bharada E.
"Brigadir J melepaskan tembakan sebanyak 7 kali, Bharada E membalas mengeluarkan tembakan sebanyak 5 kali,” tutur Ramadhan.
Saat peristiwa ini terjadi, Ferdy Sambo diklaim Ramadhan sedang tidak berada di rumah.