Cegah Perundungan di Kalangan Anak, Kemendikbud Didorong Terapkan Kurikulum Anti-Bullying

Selasa, 26 Juli 2022 | 11:56 WIB
Cegah Perundungan di Kalangan Anak, Kemendikbud Didorong Terapkan Kurikulum Anti-Bullying
Ilustrasi bullying/ Kementerian Pendidikan untuk mengembangkan kurikulum dengan menerapkan prinsip-prinsip anti perundungan atau bullying. (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Bidang Perempuan dan Anak Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem, Amelia Anggraini, mendorong Kementerian Pendidikan untuk mengembangkan kurikulum dengan menerapkan prinsip-prinsip anti perundungan atau bullying.

Penerapan kurikulum anti-bullying itu diharapakan dapat mengantisipasi tindakan bullying yang kerap terjadi di kalangan anak atau peserta didik.

Menurut Amelia, Kemendikbud maupun lembaga pendidikan memiliki kontribusi besar terhadap perbaikan-perbaikan terhadap perilaku anak.

“Materi-materi anti perundungan dapat disisipkan agenda-agenda sekolah sebagai upaya antisipasi segala bentuk perundungan. Bisa juga dalam setiap materi mata pelajaran seperti pendidikan kewarganegaraan, agama, dan muatan lokal," kata Amelia, Selasa (26/7/2022).

Baca Juga: Tingkat Kepuasan Publik pada Kinerja Jokowi 64 Persen, Pengamat: Masih di Batas Aman

Adapun permintaan itu datang menyusul kejadian meninggalnya anak di Tasikmalaya, Jawa Barat akibat perundungan. Diketahui anak tersebut meninggal karena depresi usai dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman-temannya.

Amelia mengatakan peristiwa itu membuktikan dampak bullying yang sangat mengerikan bagi mental anak.

“Perundungan ini dampaknya mengerikan dari yang dipikirkan orang. Ingat, perundungan bukan candaan, karena dampaknya secara psikologis sangat berat," kata Amelia.

Amelia berujar korban yang mengalami perundungan memang dapat mengalami stres, tidak memiliki kepercayaan diri, tidak dapat bersosialisasi secara normal, bahkan hingga memilih untuk mengakhiri hidupnya.

"Melihat dari kronologis kasus kematian bocah SD di Tasikmalaya bukan dari pelecehan seksual melainkan dampak mengerikan dari perundungan," ujarnya.

Baca Juga: Analis: Andai Semua Menteri Jalankan Tugasnya, Tingkat Kepuasan Publik ke Jokowi Bisa 80 Persen

Respons Presiden Jokowi

Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan kasus bocah SD di Tasikmalaya, Jawa Barat, yang meninggal dunia karena depresi setelah alami perundungan atau bullying, menjadi keprihatinan semua pihak.

Jokowi pun menyampaikan belasungkawa yang mendalam terhadap bocah SD yang meninggal usai depresi karena mengalami perundungan dari teman-temannya dengan cara dipaksa menyetubuhi kucing.

"Ini yang menjadi keprihatinan kita semuanya. Pertama-tama saya ingin menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas kejadian di Tasikmalaya," ujar Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu (23/7/2022).

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebut kasus perundungan tersebut menjadi tanggungjawab semua pihak. Khususnya orangtua, pendidik, sekolah dan masyarakat.

Sehingga Jokowi berharap kasus perundungan tak terjadi lagi di kemudian hari.

"Ini adalah tanggung jawab kita semuanya. Tanggung jawab orangtua, para pendidik, sekolah, masyarakat, agar bullying, perundungan ke depan tidak terjadi lagi," tutur Jokowi.

Karena itu, lanjut Jokowi, semua pihak harus punya peran dalan menjaga anak-anak dan mencegah perundungan.

"Inilah yang harus kita jaga bersama-sama, agar anak-anak kita itu memiliki dunia bermain, dunia anak-anak dengan kecerian mereka. Jangan sampai terjadi lagi yang namanya perundungan," katanya

Diberitakan sebelumnya, seorang bocah di Tasikmalaya, Jawa Barat, meninggal dunia setelah mengalami depresi akibat perundungan.

Bocah SD berusia 11 tahun ini menjadi korban bullying dan dipaksa setubuhi kucing oleh teman-temannya.

Bocah berinisial F ini diketahui kerap kali mendapatkan perundungan dari anak-anak lain. Sadisnya, ia dipaksa menyetubuhi seekor kucing sambil direkam oleh teman-temannya yang menjadi pelaku bullying.

Tak sampai di situ, rekaman itu bahkan disebar oleh pelaku bullying ke media sosial hingga viral. Situasi itu membuat F semakin depresi hingga murung dan tidak ingin makan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI